Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumen Panama dan Jurnalisme Perlahan

Kompas.com - 13/04/2016, 17:43 WIB

Merendamkan diri

Berbeda dengan jurnalisme biasa yang bergerak dari satu kejadian ke kejadian berikutnya, jurnalisme perlahan mencoba mengakhiri sebuah peristiwa dengan akhiran yang tepat, yang membuat pembaca memahami seluruh duduk soal sehingga mereka menjadi cerdas-informasi.

Paul Salopek (54), wartawan Amerika asal Kroasia yang bekerja untuk National Geographic, mengatakan, untuk mewujudkan jurnalisme perlahan kita harus berani merendamkan diri ke dasar peristiwa: immersive reporting, yaitu meliput dengan "mencelupkan dan membenamkan diri" dalam seluruh peristiwa.

Peraih dua kali Hadiah Pulitzer itu (1998 dan 2001) membuktikan melalui liputan migrasi awal manusia ke luar Benua Afrika, "Out of Eden Walk".

Sejak Januari 2013, Salopek memulai liputan tersebut dengan berjalan kaki menempuh jarak 32.200 kilometer dari Etiopia, melewati Timur Tengah, Asia, Alaska, wilayah barat Amerika, hingga ujung selatan Cile. Diperkirakan liputan jalan kaki itu baru berakhir 2020.

Jurnalisme perlahan memang merupakan salah satu pendekatan dalam praktik jurnalistik. Ia tidak banyak berbeda dengan jurnalisme tradisional.

Peran-peran jurnalistik seperti menjadi pelapor, penganalis dan penafsir isu yang rumit, wakil dari publik untuk meneropong kekuasaan, penjaga (watchdog) pembuat kebijakan dan advokasi, serta penggerak keterlibatan masyarakat dengan lingkungan, tetap dilakukan (Bryce T McIntyre, 1991; David H Weaver et al, 2007).

Yang mungkin berbeda hanya caranya dalam mengoreksi tendensi jurnalisme umum yang amat menekankan kecepatan.

Sejak lama, kecepatan merupakan komponen utama kerja jurnalistik. Ia seakan menjadi budaya dan jadi salah satu nilai sentral dalam jurnalisme, di samping empat nilai lain, yakni obyektif, independen, mengabdi masyarakat, dan beretika (M Deuze, 2005).

Banyak wartawan beranggapan, kemampuan yang terkait kecepatan adalah nilai tertinggi dalam kerja jurnalistik.

Tugas mendalami peristiwa atau memberi kerangka serta penafsiran agar peristiwa bisa dipahami, dianggap sebagai tugas tambahan belaka; kalau ada waktu baru dilakukan! (D Weaver dan L Willnat, 2012).

Penetrasi teknologi informasi digital telah mengubah siklus proses produksi berita menjadi "24/7" dengan tenggat berkelanjutan.

Ada dua risiko muncul dari pengutamaan yang berlebihan terhadap kecepatan. Pertama, standar dan kualitas kerja jurnalistik turun, khususnya kehati-hatian dan kecermatan. Setiap kesalahan di ruang redaksi bermula dari ambisi berlebih untuk menjadi yang pertama.

"Bila itu sering terjadi, sesungguhnya aset paling berharga dari jurnalisme dan wartawan, yaitu kepercayaan atau kredibilitas, sudah hilang," tulis Peter Laufer dalam Slow News: A Manifesto for the Critical News Consumer (2011).

Yang kedua, pengutamaan kecepatan memunculkan kecenderungan untuk menyederhanakan dan menglisekan (stereotyping) masalah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Bentuk Gugus Sinkronisasi, Hasto Singgung Rekomendasi Tim Transisi Era Jokowi

Prabowo Bentuk Gugus Sinkronisasi, Hasto Singgung Rekomendasi Tim Transisi Era Jokowi

Nasional
Jokowi Kunker ke Kalimantan Timur Usai Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur

Jokowi Kunker ke Kalimantan Timur Usai Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur

Nasional
Gantikan Laksda Retiono, Brigjen Taufik Budi Resmi Jabat Komandan PMPP TNI

Gantikan Laksda Retiono, Brigjen Taufik Budi Resmi Jabat Komandan PMPP TNI

Nasional
PKB Ngotot Ingin Gus Yusuf Jadi Calon Gubernur di Pilkada Jateng 2024

PKB Ngotot Ingin Gus Yusuf Jadi Calon Gubernur di Pilkada Jateng 2024

Nasional
PKB Bilang Anies Tak Dapat Keistimewaan, Harus Ikut Uji Kelayakan Jika Ingin Tiket Pilkada

PKB Bilang Anies Tak Dapat Keistimewaan, Harus Ikut Uji Kelayakan Jika Ingin Tiket Pilkada

Nasional
Riset yang Didanai BPDPKS Diyakini Jadi “Problem Solving” Industri Sawit

Riset yang Didanai BPDPKS Diyakini Jadi “Problem Solving” Industri Sawit

Nasional
PAN DKI Ingin Duetkan Anak Zulhas dan Jokowi pada Pilkada Jakarta 2024

PAN DKI Ingin Duetkan Anak Zulhas dan Jokowi pada Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Biodiesel Berbasis Sawit Jadi Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia

Biodiesel Berbasis Sawit Jadi Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia

Nasional
Bicara Pilkada Sumbar 2024, Zulhas: PAN Calon Gubernurnya, Wakil dari Gerindra

Bicara Pilkada Sumbar 2024, Zulhas: PAN Calon Gubernurnya, Wakil dari Gerindra

Nasional
Sejahterakan Pekebun, BPDPKS Dukung Kenaikan Pendanaan Program Peremajaan Sawit Rakyat

Sejahterakan Pekebun, BPDPKS Dukung Kenaikan Pendanaan Program Peremajaan Sawit Rakyat

Nasional
Miliki Manfaat yang Luas, Minyak Kelapa Sawit Disebut Paling Potensial untuk Diolah Jadi Energi

Miliki Manfaat yang Luas, Minyak Kelapa Sawit Disebut Paling Potensial untuk Diolah Jadi Energi

Nasional
Pegawai Pajak Yulmanizar Divonis 4 Tahun Penjara, Terbukti Terima Suap Rp 17,9 Miliar

Pegawai Pajak Yulmanizar Divonis 4 Tahun Penjara, Terbukti Terima Suap Rp 17,9 Miliar

Nasional
PAN Yakin IKN Tetap Lanjut meski Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur

PAN Yakin IKN Tetap Lanjut meski Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur

Nasional
Tingkat Kemiskinan Ekstrem di 6 Provinsi Papua Masih Tinggi

Tingkat Kemiskinan Ekstrem di 6 Provinsi Papua Masih Tinggi

Nasional
Kasus 109 Ton Emas Antam, Kejagung: Emasnya Asli, tapi Perolehannya Ilegal

Kasus 109 Ton Emas Antam, Kejagung: Emasnya Asli, tapi Perolehannya Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com