Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

April Mop dan Jumat Keramat

Kompas.com - 01/04/2016, 16:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Tak lama setelah hari berganti, Jumat dini hari tadi, notifikasi di ponsel saya tak henti-hentinya muncul di layar. Kabar operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) rupanya menyita perhatian para editor. Tidak main-main memang karena ini adalah kabar OTT kedua di hari yang sama. Diskusi di Whatsapp pun mengalir deras.

Dalam satu rekaman video yang beredar, tampak wajah familiar Sanusi, anggota DPRD DKI dari Partai Gerindra yang dibawa masuk ke Gedung KPK. Keyakinan bahwa Sanusi yang diciduk KPK dikuatkan dengan mobil Jaguar yang membawanya. Sanusi kerap menggunakan mobil mewah itu dalam berbagai kesempatan. Apalagi bersamaan dengan OTT, petugas KPK juga menyegel ruangan pimpinan Fraksi Gerindra di DPRD DKI.

Upaya mengonfirmasi pun dilakukan ke pihak terkait, dari para pimpinan dan jubir KPK, pimpinan DPRD DKI, dan para pejabat Partai Gerindra. Tak satupun mau memastikan kabar bahwa Sanusi yang ditangkap.

Linimasa di Twitter juga mulai ramai membicarakan kabar OTT. Di antara lalu lintas komentar itu, ada dua hal yang menarik yakni kabar penangkapan terjadi menjelang 1 April 2016 dan di malam Jumat. Pikiran langsung tertuju ke April Mop dan Jumat Keramat.

"Jangan-jangan ini cuma April Mop? KPK nanti gelar konferensi pers lalu jubirnya bilang "April Mop! Kena deh kalian." Begitu kira-kira salah satu respons netizen dini hari tadi. Mungkin itu hanya gurauan.

Di negara-negara barat, April Mop disikapi santai sebagai hari menyebar hoax alias berita bohong yang bombastis. Kalaupun ada orang yang jadi korban berita itu, tak boleh marah.

Setiap tanggal 1 April, koran, TV, dan website di luar negeri seringkali memberitakan hoax yang dijelaskan di hari yang sama namun dengan porsi lebih kecil atau edisi berikutnya.

Meski menjadi lelucon saja, tidak jarang pembuatnya menyiapkan dengan serius dilengkapi grafis, foto, video, bahkan dibalut liputan khusus/eksklusif. Misalnya April Mop yang dibuat rutin oleh BBC atau raksasa teknologi Google.

Salah satu yang terkenal adalah berita soal smell-o-vision pada tahun 1965. Saat April Mop, BBC menyebut sedang menguji coba teknologi untuk menyalurkan bau/wewangian lewat siaran TV.

Konon, beberapa orang sampai menelepon stasiun televisi tersebut dan mengaku uji cobanya sukses. Saking legendarisnya hoax itu sampai dibuat ulang di versi web BBC pada 2007 dan Google pada 2013.

April Mop untuk mengerjai tokoh-tokoh politik juga hal biasa di Inggris. Pada masa kampanye pemilu Inggris tahun lalu, muncul hoax-hoax yang lumayan menyegarkan di tengah persaingan yg menegangkan.

Misalnya pengamat politik terkenal Inggris, Iain Dale, yang mengklaim menggantikan anggota parlemen dari Partai Konservatif, Lord Ashcroft, di Majelis Tinggi kemudian dapat gelar Lord Dale of Leicester Square. Leicester Square sendiri adalah kawasan Soho, yang menjadi tujuan wisata.

Dia juga mengatakan telah merilis buku terbaru berjudul David Cameron: Hero, Adonis, Possibly the Best Prime Minister in the History of Prime Ministers (David Cameron, Pahlawan, Adonis, Kemungkinan Perdana Menteri Terbaik dalam sejarah Perdana Menteri). Tentu saja semuanya cuma guyonan.

Di Indonesia, April Mop tak mentradisi. Namun, budaya menyebar hoax sepertinya malah tak hanya saat April Mop. Apalagi di tengah populernya layanan media sosial.

Seiring perkembangan teknologi hoax pun menyebar lewat SMS, BBM, Whatsapp, email, Facebook, Twitter, dan platform baru sekalipun.

Herannya,tidak jarang yang memercayai informasi yang tak jelas sumbernya itu ibarat kabar burung yang menyebar dari mulut ke mulut.

Kawan kuliah saya dulu, Hery Susanto, saking gemesnya dengan orang-orang yang percaya hoax sampai membuat tips membuat hoax.

Tips ini sebenarnya satire yang bisa diartikan sebagai tips mengidentifikasi ciri-ciri hoax. Kurang lebih begini tips membuat hoax:

1. Pilih topik yang unik
2. Cari 'masalah'
3. Gunakan istilah-istilah ilmiah
4. Tambahkan alamat kantor berita di internet
5. Berikan solusi yang 'pintar'
6. Tambahkan kata-kata ajaib
7. Berikan efek forward

Planet Mars akan sebesar ukuran bulan purnama setiap bulan Agustus tiba adalah salah satu contoh hoax yang legendaris. Setiap viral lagi, masih saja ada yang setengah percaya.

Tentu saja kabar OTT yang dilakukan KPK semalam bukanlah hoax. Kabar yang disiarkan media berupa informasi aktual dan suasana di sekitar gedung KPK.

Apalagi setelah dikonfirmasi Ketua KPK Agus Rahardjo pada konferensi pers, Jumat pagi tadi.

Namun, tetap saja ada yang skeptis dengan tindakan KPK ini. Seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya, kabar OTT juga disikapi sebagian orang di Twitter dengan dugaan jangan-jangan ini hanya pengalihan isu-isu lain.

Entah pengalihan isu apa yang dimaksud? Bisa jadi isu kegaduhan Susi Pudjiastuti vs Jusuf Kalla soal kebijakan perikanan? Isu kunjungan delegasi wartawan Indonesia ke Israel? Atau isu saling sindir Jokowi dan SBY? Entahlah.

Sejujurnya, double OTT dalam sehari yang dilakukan KPK patut diapresiasi. Di tengah isu pelemahan KPK, jumlah penyidik minim, dan komposisi 5 pimpinan baru yang diragukan, KPK membuktikan nyali pemberantasan korupsi masih tinggi. (Baca: Wawancara Khusus dengan Ketua KPK Agus Rahardjo)

KOMPAS.COM -
Boleh juga KPK dengan pimpinan baru ini. Meskipun baru seumur jagung dengan pimpinan baru, KPK tetap menunjukkan konsistensi melakukan penindakan korupsi dalam bentuk operasi tangkap tangan (OTT).

Apalagi, ini bukanlah OTT pertama dalam 3,5 bulan terakhir. Sebelumnya, petugas KPK menangkap Damayanti Wisnu Putranti, anggota DPR dari PDI-P terkait kasus suap proyek pengamanan proyek jalan di Ambon.

Ini juga menjadi momentum bagi Ketua KPK Agus Rahardjo bahwa pimpinan baru menjawab keraguan publik. Lagi-lagi entah kebetulan atau tidak, Jumat Keramat di KPK masih diteruskan.

Istilah Jumat Keramat di KPK mulai ramai saat kepemimpinan Abraham Samad. Gara-gara, saat itu KPK berkali-kali mengumumkan informasi penting seperti penetapan tersangka pada hari Jumat.

Jumat Keramat menjadi ditunggu-tunggu setiap menjelang akhir pekan. Acap kali ada jadwal pemeriksaan terhadap seseorang, muncul dugaan apakah akan menjadi tersangka baru atau lolos Jumat Keramat. Seolah-olah Jumat Keramat merupakan momok menakutkan seperti "kuburan keramat" atau "malam keramat" di film-film horor.

Padahal secara asal kata, keramat berasal dari Bahasa Arab "karomah" yang berarti kemuliaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keramat/ke·ra·mat/ berarti (1 ) suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa) atau (2) suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain (tentang barang atau tempat suci).

Jadi, menyikapi sepak terjang KPK saat ini bisa dilihat jadi dua kutub. Kembalikan keramat selaras makna aslinya sebagai dukungan kepada lembaga superbody KPK yang di garis depan pemberantasan korupsi. Atau kalau tidak, siap-siaplah hari-hari ke depan Anda akan terus dihantui hoax, teori konspirasi, dan Jumat Keramat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com