Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Kepala Arsip Nasional: Kami Terus Mencari Supersemar

Kompas.com - 12/03/2016, 10:10 WIB
Bayu Galih

Penulis

Untuk mencari Supersemar, apa pernah ada upaya untuk mewawancarai keluarga Soeharto?

Kami belum pernah. Terakhir kami berusaha ke Mbak Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Soeharto). Dari informasi yang saya peroleh Mbak Tutut juga tidak begitu tahu. Yang saya pahami, keluarga juga tidak tahu, karena mereka kan masih kecil tahun 1966.

Memang belum, tapi suatu saat akan. Karena kami juga punya program untuk melacak. Programnya Arsip Kepresidenan, melacak semua arsip terkait presiden.

Supersemar dianggap sensitif, apa ada penolakan narasumber untuk diwawancara?

Kalau penolakan memang kami sih kayaknya... (tak dilanjutkan). Tapi yang pasti Presiden Soeharto belum diwawancarai. Jadi memang kami masih terus melakukan itu di masa lalu, intensnya tahun 2000.

Kemungkinan ada penolakan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu, atau alasan yang saya secara pribadi tidak paham. Tapi bagi kami ini harus dibuka untuk publik. Yang Supersemar ini saja sudah kami buka di diorama, kami pajang sebagai sejarah perjalanan bangsa. Lain halnya kalau bicara arsip-arsip lain seputar '65. Untuk saat ini memang banyak yang masih closed to public. Bukan supersemar, tapi peristiwa yang terkait '65, sebagian masih closed.

Apa ada regulasi hingga ANRI memiliki wewenang lebih dalam mencari arsip?

Dalam pasal 73 UU Kearsipan, masyarakat didorong untuk berpartisipas dalam pengawasan dan perlindungan. Pemerintah mengharapkan setidaknya ada arsip yang mendukung masuk dalam DPA, bisa diserahkan.

Dan itu memang memungkinkan. Pemerintah dapat memberikan penghargaan. UU itu memang lebih progresif. Itu sudah mengatur secara keseluruhan, termasuk masyarakat agar berpartisipasi, juga aksesiblitas agar dapat dibuka selama lebih dari 25 tahun.

Ini jauh lebih progresif ketimbang Amerika yang 30 tahun, Australia juga 30 tahun. ANRI mendukung penyelamatan itu.

Namun memang penting untuk menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya arsip. Nanti setelah itu baru kita melangkah, arsip apa saja yang dibutuhkan oleh negara.

Peranan masyarakat sangat penting sekali bagi kita menyelamatkan dokumen. Jangan jadi kita jadi bangsa yang amnesia, lupa masa lalu. Tanpa masa lalu, bagaimana mungkin membangun masa depan. Tidak mungkin jika kita tidak mengetahui masa lalu kita.

ANRI punya langkah apa untuk arsip yang dianggap prioritas?

Kalau prioritas pasti ada. Supersemar itu prioritas, tapi tidak dalam program kecil, Supersemar saja, tapi lebih besar, yaitu program arsip kepresidenan.

Kami melihat Supersemar itu harusnya ada sebagai arsip negara dalam proses kegiatan presiden. Ini mungkin, kami juga akan menanyakan ke putra-putri Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, yang di antaranya kami lacak adalah terkait Supersemar.

Kami akan wawancara Ibu Megawati, Ibu Rahmawati. Tidak hanya keluarga Presiden Soekarno, tapi juga Presiden Soeharto.

Bisa jadi ada blessing in disguise, karena arsip kan sangat kompleks sekali. Kita tidak tahu mungkin dia nyelip atau apa. Kami berharap program ini secara tidak langsung mengungkap yang kami inginkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com