Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi-JK Dinilai Jarang Sentuh Sektor Hukum

Kompas.com - 21/10/2015, 07:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat hukum dari Universitas Indonesia Ganjar Laksamana menilai, pada satu tahun pemerintahannya, Joko Widodo-Jusuf Kalla jarang 'menyentuh' sektor hukum.

Ganjar menduga, hal tersebut karena Jokowi-Kalla berpendapat bahwa hukum tidak dapat diintervensi oleh Presiden. Menurut dia, jika benar demikian, hal tersebut merupakan pandangan yang salah.

"Polri dan kejaksaan adalah lembaga di bawah eksekutif. Tidak salah bila Presiden 'cawe-cawe' untuk mengingatkan, bahkan menegur kedua institusi tadi sepanjang tidak masuk ke substansi hukumnya," ujar Ganjar, kepada Kompas.com, Rabu (21/10/2015).

Ganjar menyebutkan, hal itu terlihat pada kisruh antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri, beberapa waktu lalu. Jokowi-Kalla dinilainya ragu untuk mengeluarkan pernyataan demi perbaikan hubungan kedua lembaga penegak hukum itu.

"Seharusnya ya boleh dong seorang Presiden mengingatkan, mendorong atau bahkan menegur Polri atau kejaksaan agar bekerja taat azas serta mengedepankan kepentingan masyarakat," ujar Ganjar.

Ke depan, Ganjar menyarankan Jokowi-Kalla lebih mengedepankan sikap penegakan hukum yang tercermin dari sikap serta pernyataan-pernyataannya. Terutama yang menyangkut kepentingan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sementara, soal instrumen penegak hukumnya sendiri, Ganjar menilai, sudah menunjukkan perbaikan dari tahun sebelumnya, khususnya soal penanganan perkara keamanan dan ketertiban masyarakat, misalnya perkara pencurian, pembunuhan atau kekerasan terhadap anak dan perempuan dan sebagainya.

Hanya saja, yang menjadi 'rapor merah' dan menimbulkan ketidakpuasan di publik adalah soal penanganan konflik horizontal yang menyangkut isu agama, sengketa Pemilu dan sebagainya.

"Untuk beberapa kasus memang jadi kurang memuaskan. Tapi enggak boleh pukul rata. Menurut saya sudah cukup baik secara umum, tinggal nambah kecepatan saja. Indikasinya adalah penanganan perkara tepat, cepat dan responsif," ujar Ganjar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com