Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Otonomi Presiden Jokowi

Kompas.com - 20/10/2015, 06:39 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama wakilnya, Jusuf Kalla, genap berusia satu tahun pada hari ini, Selasa (20/10/2015). Kinerja pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi selama satu tahun ini, menghasilkan banyak catatan. Salah satunya, soal urusan mengelola kekuatan politik.

Dalam setahun ini, pemerintahan Jokowi mengklaim berhasil meredam dampak krisis global. Pembangunan infrastruktur juga terlihat massif. Program yang didengungkan melalui Nawa Cita mulai berjalan, walau manfaatnya belum bisa dirasakan penuh.

Sekretaris Fraksi Golkar di DPR, Bambang Soesatyo menilai, kepemimpinan Jokowi kurang "moncer". Menurut Bambang, ada gangguan dari partai pendukung yang kerap memengaruhi keputusan Jokowi.

Kekurangan fundamental, kata Bambang, adalah ketidakmampuan Istana berkomunikasi dengan partai pendukung. Khususnya pada sembilan bulan awal pemerintahan. Pada masa itu, kekuatan politik Jokowi terus merosot.

Pemicunya adalah pembentukan kabinet yang merambat pada isu lainnya. Keinginan Jokowi menyesaki kabinet dari kalangan teknokrat bertabrakan dengan keinginan partai pendukungnya. Akhirnya, penyusunan kabinet dianggap tidak sepenuhnya atas keinginan Presiden.

Semua partai pendukung mendapatkan "jatah". Meski demikian, gejolak tetap saja ada. Situasi makin sulit karena Jokowi tidak memiliki juru runding yang andal. Jembatan komunikasi Istana dengan partai pendukung dan parlemen nyaris ambruk.

"Setahun ini, Jokowi baru bisa menyenangkan para pendukungnya dengan memberikan kursi empuk. Rupanya pembagian kursi tidak membuat lega, justru cakar-cakaran," kata Bambang, beberapa hari lalu.

Jokowi memerlukan sembilan bulan untuk memecah kebuntuan. Ia melakukan penyegaran dengan merombak kabinetnya pada pekan kedua Agustus 2015.

Perombakan kabinet ini dianggap efektif. Khususnya pada posisi Sekretaris Kabinet yang kini dijabat Pramono Anung (menggantikan Andi Widjajanto). Kehadiran Pramono membuat Istana lebih luwes. Mantan Sekjen DPP PDI-P itu menguasai medan politik dan sering berperan mengatur lalu lintas komunikasi Istana.

Pemberantasan korupsi lambat

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho sependapat jika Jokowi disebut belum berhasil keluar dari kepentingan partai politik. Ia menilai, Jokowi selalu lambat membuat keputusan pada isu-isu strategis.

Kriminalisasi pimpinan dan usaha pelemahan KPK, kata Emerson, datang sekaligus pada tahun pertama pemerintahan Jokowi. Penanganan Jokowi untuk dua isu itu mengecewakan.

"Posisi Jokowi belum otonom. Ada usaha untuk melepas kepentingan politik, tapi masih kompromis," kata Emerson.

Ia berharap Jokowi memanfaatkan "ultah" kabinetnya dengan melakukan evaluasi. Momentum ini harus jadi cara untuk melakukan perubahan dan menjaga kepercayaan publik.

"Janji kampanye harus diwujudkan," ujar Emerson.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketika Mendagri Minta Maaf karena Kinerja Pj Gubernur Papua Barat Daya...

Ketika Mendagri Minta Maaf karena Kinerja Pj Gubernur Papua Barat Daya...

Nasional
Klaim Sudah Deteksi Keberadaan Harun Masiku, KPK: Mudah-mudahan Satu Minggu Tertangkap

Klaim Sudah Deteksi Keberadaan Harun Masiku, KPK: Mudah-mudahan Satu Minggu Tertangkap

Nasional
Soal 5 Pj Kepala Daerah Tersangkut Hukum, Mendagri Sebut Telah Libatkan Penegak Hukum Saat Seleksi

Soal 5 Pj Kepala Daerah Tersangkut Hukum, Mendagri Sebut Telah Libatkan Penegak Hukum Saat Seleksi

Nasional
Antisipasi Kekeringan, Jokowi Perintahkan Mentan Tuntaskan Pemasangan Pipa Pengairan di Jawa

Antisipasi Kekeringan, Jokowi Perintahkan Mentan Tuntaskan Pemasangan Pipa Pengairan di Jawa

Nasional
Jubir PDI-P Sebut Staf Hasto Diinterogasi dan Diintimidasi Penyidik KPK Selama 3 Jam

Jubir PDI-P Sebut Staf Hasto Diinterogasi dan Diintimidasi Penyidik KPK Selama 3 Jam

Nasional
Kloter SUB 106 Jadi Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci

Kloter SUB 106 Jadi Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci

Nasional
Pimpinan Komisi II Harap KPU Tak Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

Pimpinan Komisi II Harap KPU Tak Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Penyidik KPK Bakal Dilaporkan ke Dewas, Nawawi: Makin Banyak Laporan Makin Baik

Penyidik KPK Bakal Dilaporkan ke Dewas, Nawawi: Makin Banyak Laporan Makin Baik

Nasional
Moeldoko Minta Publik Tak Berlebihan soal Revisi UU Polri

Moeldoko Minta Publik Tak Berlebihan soal Revisi UU Polri

Nasional
2 Kadernya, Fuad Bawazier-Simon Aloysius, Jadi Komisaris BUMN, Gerindra Beri Penjelasan

2 Kadernya, Fuad Bawazier-Simon Aloysius, Jadi Komisaris BUMN, Gerindra Beri Penjelasan

Nasional
Pansel Diharap Mau Dengarkan Suara KPK soal Seleksi Capim

Pansel Diharap Mau Dengarkan Suara KPK soal Seleksi Capim

Nasional
KPK Sita Ponsel Hasto PDI-P: Berujung pada Pelaporan ke Dewas dan Penjelasan KPK

KPK Sita Ponsel Hasto PDI-P: Berujung pada Pelaporan ke Dewas dan Penjelasan KPK

Nasional
KPK Harap Proses Seleksi Capim oleh Pansel Tak Berbelit-belit

KPK Harap Proses Seleksi Capim oleh Pansel Tak Berbelit-belit

Nasional
Lantik 36 Pejabat Baru, Jaksa Agung Ingatkan Jajaran Jangan Salah Gunakan Wewenang dan Jabatan

Lantik 36 Pejabat Baru, Jaksa Agung Ingatkan Jajaran Jangan Salah Gunakan Wewenang dan Jabatan

Nasional
Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Mendagri Dianggap Tak Baca Situasi dengan Tepat

Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Mendagri Dianggap Tak Baca Situasi dengan Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com