"Masuk akal kalau Pemerintah Arab melibatkan negara lain dalam investigasi, karena ini terkait warga negara lain," kata Wakil Ketua Komisi VIII Abdul Malik Haramain di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Menurut Malik, selama ini Pemerintah Arab Saudi tertutup dalam investigasi yang dilakukannya. Dia mencontohkan, musibah jatuhnya crane beberapa waktu lalu yang menewaskan puluhan jemaah, termasuk dari Indonesia. Pemerintah Arab Saudi sudah membentuk tim investigasi untuk bekerja menyelidiki jatuhnya crane itu, namun dinilainya tidak transparan.
"Peristiwa crane awalnya bilang itu insiden, tapi belakangan mengakui lalai," kata dia.
Malik pun menyarankan Pemerintah Indonesia untuk meminta dilibatkan dalam tim investigasi musibah di Mina ini. Nantinya, kata dia, Pemerintah Arab Saudi, Indonesia, dan negara-negara lainnya yang ingin dilibatkan dalam tim investigasi dapat membuat nota kesepahaman terkait kerja sama ini.
Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Naif sebelumnya telah memimpin rapat darurat yang melibatkan berbagai pihak terkait musibah yang terjadi di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9/2015) kemarin.
Pada rapat itu, Pemerintah Arab Saudi memutuskan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki musibah tersebut.
"Dalam rapat tersebut telah dibahas prosedur penanganannya dan telah diputuskan untuk membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab peristiwa dan melaporkan hasilnya kepada Raja Salman," ujar Wakil Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Sunarko, melalui Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Jumat (25/9/2015).
Musibah di Mina mengakibatkan sedikitnya 717 orang meninggal dan 863 terluka. Di antara yang meninggal, ada 3 warga Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.