Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moralitas Politik

Kompas.com - 04/07/2015, 16:00 WIB
Oleh: Asep Salahudin

JAKARTA, KOMPAS - Seandainya orang menyimpulkan bahwa dalam ranah politik, mempercakapkan moralitas itu adalah sesuatu yang absurd, pernyataan ini tidak berlaku bagi salah seorang manusia pergerakan bernama Hatta.

Hatta menjadi sosok menggetarkan yang menunjukkan bahwa politik dan moralitas dapat bersanding berkelindan, bisa menyatu menjadi  bagian tak terpisahkan dari kepribadian dan tindakan politik hariannya. Selaras dengan keyakinannya, "Pemimpin berarti suri teladan dalam segala perbuatannya...."

Maka, menjadi sangat mudah bagi salah seorang proklamator kelahiran Kota Bukittinggi (1902)  ini  menanggalkan jabatan prestisius wakil  presiden (1956) ketika kekuasaan dianggapnya telah jauh menyimpang dari khitahnya tatkala kawan seperjuangannya, Bung Karno, dipandang sudah semakin lupa diri terserap dalam hiruk-pikuk gelora politik revolusi belum selesai yang disulutnya sendiri.

Menanggalkan jabatan wakil presiden otomatis adalah meninggalkan semua fasilitas negara, melucuti semua kemudahan yang diberikan kekuasaan kepadanya. Orang lain dengan segala daya memburu tampuk kekuasaan, Bung Hatta dengan mudahnya melepaskan tata rias kuasa. Setelah selesai bertugas menjadi wakil presiden, ia juga menolak semua tawaran perusahaan untuk dijadikan  komisaris utama karena ia sangat paham jabatan komisaris di negeri agraris yang baru terlepas dari penjajah hanya cara lain untuk dijadikan alat "pengaman" perusahaan.

Karena moralitas yang menjadi prinsip dasar perjuangan politiknya, Hatta tidak ewuh pakewuh ketika harus mengkritik Bung Karno lewat brosur "Demokrasi Kita" atau melalui senarai tulisan yang diterbitkan Panji Masyarakat (1960) yang membuat Soekarno berang dan majalah itu kemudian diberedelnya.

Jawaban Hatta, "Demokrasi bisa tertindas sementara karena kesalahannya sendiri. Tetapi, setelah ia mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul kembali dengan keinsafan." Juga bukan karena Hatta ahli nujum kalau ia memprediksi bahwa kekuasaan dengan sistem demokrasi terpimpin tidak akan lama bertahan. Keyakinan ilmiahnya sangat jelas, "Diktator yang bergantung pada kewibawaan seseorang tidak lama umurnya... akan roboh dengan sendirinya seperti rumah dan kartu." Bukan mengkritik pribadi Bung Karno, tetapi mengkritik pemikiran dan langkah-langkah politiknya. Maka, menjadi sangat dimaklumi di persimpangan pemaknaan terhadap politik kebangsaan, hubungan kemanusiaan keduanya tetap terjaga, harmonis, dan kental.

Ketika Hatta  dirawat, Soekarno berada di sampingnya. Sebaliknya, tatkala Bung Karno kritis dua hari sebelum ajalnya tiba, Hatta-lah yang mendampinginya. Lama saling bersalaman. Saling bertatapan. Dua proklamator ini seolah sedang kembali melakukan napak tilas atas jejak silam ketika keduanya bahu-membahu lantang meneriakkan perlawanan terhadap kaum kolonial, ingatannya dipertemukan saat-saat membaca teks proklamasi yang ditunggu-tunggu seluruh rakyat Nusantara.

Tidak mustahil terlintas dalam benak Bung Karno, sosok Hatta dengan kacamata tebal yang dengan heroik membacakan pidato pembelaannya berjudulIndonesie Vrij (Indonesia Merdeka) di pengadilan Belanda atas pasal telah melakukan penghasutan dan penghinaan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Tidak menutup kemungkinan juga dalam ingatan Bung Hatta sosok Soekarno muda yang tanpa tergurat sedikit pun air muka takut  ketika menyampaikan pleidoi di Pengadilan Bandung  yang berjudul "Indonesia Menggugat"  tahun 1930.

Moralitas inklusif

Moralitas yang dikembangkan Hatta bukanlah moralitas berwatak partisan, eksklusif, dan tertutup, tetapi moralitas yang inklusif, terbuka, dan kosmopolit.  Moralitas yang telah memosisikan dirinya tidak hanya menjadi sangat berwibawa di kalangannya sendiri, tetapi juga dihargai di semua lapisan masyarakat, lintas agama, lintas budaya, lintas etnik, dan lintas negara. Sosoknya sebagai penganut agama yang saleh tidak kemudian membuat dirinya puritan, tetapi imannya malah bisa memberikan rasa aman kepada warga yang berlainan pilihan keyakinannya. Imannya telah menjadi pandu yang membuatnya amanah ketika diberi tugas mengelola kekuasaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi 'Online'

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi "Online"

Nasional
Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Nasional
Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Nasional
Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Nasional
Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Nasional
Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Nasional
Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Nasional
Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Nasional
Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Nasional
Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2929 Mulai Dibuka

Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2929 Mulai Dibuka

Nasional
PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com