Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Pekalongan Ajukan Pengunduran Diri ke Mendagri

Kompas.com - 24/06/2015, 15:02 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala daerah mulai mengajukan surat pengunduran diri menjelang pelaksanaan pilkada serentak. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku telah menerima surat pengunduran diri dari Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad, Rabu (24/6/2015).

Tjahjo menjelaskan, Basyir menyampaikan langsung pengunduran dirinya itu pada pagi ini di kantornya di Kementerian Dalam Negeri. Dalam pertemuan itu, Basyir mengaku mundur bukan karena istrinya hendak menjadi calon wali kota Pekalongan pada pilkada tahun ini.

"Dia menyampaikan juga alasan mau mundur sebagai Wali Kota Pekalongan pada bulan Juli. Dia menyampaikan bahwa mundurnya dia sebagai Wali Kota Pekalongan tidak ada kaitannya dengan isu yang berkembang, yakni untuk memajukan istrinya dalam pilkada serentak," ujar Tjahjo dalam pesan singkat, Rabu.

Menurut dia, Basyir menyampaikan bahwa isu majunya sang istri dalam pilkada tidak benar, meskipun elektabilitas sang istri, yang kini menjadi Ketua DPRD Kota Pekalongan, cukup tinggi dalam sejumlah survei. Kepada Tjahjo, Basyir juga menyampaikan bahwa pengunduran dirinya telah disetujui DPRD Kota Pekalongan.

Kementerian Dalam Negeri akan membahas terlebih dulu surat pengunduran diri Basyir itu untuk kemudian diputuskan. "Bagi Kemendagri, yang penting dasar pengajuan mundur dan keputusan paripurna DPRD," ucap Tjahjo.

Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) menganggap penjelasan KPU dalam surat edaran tertanggal 12 Juni 2015 telah mempersempit definisi petahana. Salah satu poin yang disebutkan, kepala daerah yang masa jabatannya habis, dan yang mundur dari jabatannya, tidak lagi berstatus sebagai petahana.

Hal ini dianggap akan melanggengkan praktik politik dinasti. ICW menilai, surat edaran itu bertentangan dengan Undang-Undang Pilkada yang memberikan batasan-batasan terkait dengan relasi keluarga yang ingin maju dalam pilkada.

Lembaga swadaya masyarakat di bidang anti-korupsi itu bahkan mendata, akan ada 22 kepala daerah yang mundur agar anggota keluarganya bisa maju saat pilkada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com