Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengokohkan Kembali Relasi...

Kompas.com - 27/04/2015, 18:20 WIB


KOMPAS - Pada Februari 2015, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri duduk berdampingan saat pembukaan Musyawarah Nasional II Partai Hanura.

Selama hampir tiga jam acara itu berlangsung, Jokowi dan Megawati terlihat hanya sekali bercakap-cakap. Itu pun sangat singkat. Pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri diduga jadi "pengganggu" hubungan keduanya saat itu.

Hubungan Jokowi dengan Megawati juga membayangi Kongres IV PDI-P, awal April lalu. Apalagi, saat itu ada sejumlah isu, seperti PDI-P akan meninggalkan Jokowi dan PDI-P akan memanfaatkan kongres untuk menyerang Jokowi.

Namun, saat pembukaan kongres, bahasa tubuh Jokowi dan Megawati yang saat itu duduk berdampingan ternyata tak lagi dingin. Keduanya beberapa kali terlihat berbincang, diselingi senyum dan tawa.

Seusai pembukaan, Jokowi menyediakan waktu untuk bertemu dengan semua ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P. Selama sekitar tiga jam, pertemuan yang tertutup untuk media itu berlangsung.

"Pertemuan itu menjadi ajang melepas kangen sekaligus klarifikasi isu-isu negatif yang muncul di media," ujar Ketua DPD PDI-P Jawa Barat TB Hasanuddin.

Dalam pertemuan itu pula, para ketua DPD menyatakan komitmennya untuk mendukung pemerintahan JKW-JK.

Jokowi pun menyambut hangat dukungan itu. Di pertemuan tersebut, dia menjanjikan pertemuan setiap tiga bulan dengan semua ketua DPD PDI-P guna memperkokoh hubungan pemerintah dan PDI-P.

Pasca kongres PDI-P, pemerintah juga mengintensifkan pertemuan dengan partai politik pendukung pemerintah lainnya.

Politisi senior PDI-P, Pramono Anung, mengatakan, bukti kian kokohnya relasi ini terlihat saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi diterima DPR untuk menjadi UU pada 24 April lalu tanpa kendala berarti.

Di era reformasi ini, hubungan antara pemerintah dan partai pendukung jadi penting karena turut menentukan jalannya pemerintahan. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dibentuk sekretariat gabungan partai koalisi guna menjaga komunikasi antara presiden dan partai pendukung.

Namun, sejumlah perbedaan pendapat antara partai pendukung dan pemerintah tetap mencuat keluar, seperti dalam kasus usulan hak angket mafia pajak pada 2011. Saat itu, Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera yang masuk dalam koalisi pemerintah mendukung hak angket itu. Padahal, pemerintah menolaknya. Pada 2012, Golkar dan PKS kembali menolak usulan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.

Dinamika hubungan juga terjadi di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Poros tengah, yang mendukung Gus Dur menjadi presiden di Sidang MPR 1999, diduga juga berperan dalam jatuhnya Gus Dur pada 2001.

Semoga sejarah dijadikan pelajaran yang berharga.... (AGE/APA) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

Nasional
Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Nasional
Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Nasional
Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Nasional
Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Nasional
Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com