Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Lebih Terbuka Saat Diplomasi Terkait Eksekusi Mati WNI

Kompas.com - 20/04/2015, 08:36 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Masyarakat sipil yang tergabung dalam Koalisi Anti Hukuman Mati meminta agar Pemerintah Indonesia tidak mengulangi kegagalan dalam melindungi warga negara yang terancam eksekusi mati di negara lain. Pemerintah diminta terbuka saat melakukan diplomasi dalam negosiasi pembebasan 227 WNI dari jerat hukuman mati.

Koalisi menilai, belum ada kesungguhan dari pemerintahan Joko Widodo untuk melindungi WNI dari ancaman eksekusi mati di luar negeri. Eksekusi terhadap dua WNI di Arab Saudi beberapa waktu lalu dianggap sebagai kegagalan pemerintah dalam melindungi warganya.

"Pemerintahan Presiden Joko Widodo terkesan diam dan tidak sungguh–sungguh untuk bekerja melindungi WNI yang terancam eksekusi mati," ujar peneliti Institute Criminal Justice Reform (ICJR), Erasmus Napitupulu, dalam keterangan pers, Minggu (19/4/2015).

Ia juga meragukan, para terpidana yang menjalani hukuman mati telah diproses berdasarkan prinsip fair trial (keadilan hukum).

Menurut Erasmus, pemerintah wajib untuk memastikan bahwa para WNI yang terjerat masalah hukum di luar negeri memperoleh segala upaya hukum yang berhak didapatkan. Untuk itu, Koalisi Anti Hukuman Mati menuntut agar Pemerintah Indonesia segera membuka informasi mengenai langkah–langkah yang telah dilakukan oleh para diplomat Indonesia, terutama untuk melindungi WNI yang menghadapi proses pidana, khususnya yang terancam hukuman mati.

Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan, saat ini terdapat 227 WNI yang terancam hukuman mati di luar negeri. Jumlah WNI yang paling banyak terancam hukuman mati terdapat di Malaysia dengan jumlah 168 orang, di Arab Saudi 36 orang, dan di Tiongkok 15 orang. Selebihnya terdapat di Singapura dengan 4 orang, Laos 2 orang, serta Vietnam dan Uni Emirat Arab masing-masing 1 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

Nasional
Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Nasional
Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Nasional
Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com