Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemidanaan Juga Harus Untungkan Negara, Tak Hanya Buat Orang Jera

Kompas.com - 18/03/2015, 06:51 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy menilai, pemerintah harus mengeluarkan terobosan kebijakan terkait proses pemidanaan yang dijatuhkan kepada narapidana. Menurut dia, sistem pemidanaan yang kini diterapkan di Indonesia justru tidak membuat orang jera dan merugikan negara, khususnya bagi pelaku kejahatan luar biasa (extraordinary crime).

"Tentang penyikapan negara terhadap tindak pidana extraordinary, saya kira perlu ada kebijakan baru," kata Tjatur, saat dihubungi, Selasa (17/3/2015).

Hal tersebut diungkapkan Tjatur menyusul munculnya wacana revisi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly. Wacana muncul karena syarat remisi yang diberikan negara kepada koruptor dianggap diskriminatif. PP itu mengatur narapidana tindak pidana khusus seperti korupsi, narkoba dan terorisme bisa mendapat dan pembebasan bersyarat jika mau menjadi justice collabolator, atau bekerja sama dengan penegak hukum untuk membongkar kejahatan.

Selama ini, Tjatur mengatakan, pemerintah menjamin kebutuhan hidup para terpidana ketika mereka menjalani masa hukuman di dalam penjara. Sementara, proses pembinaan terhadap mereka kurang berjalan maksimal.

"Yang terjadi justru malah kalau pemakai narkoba masuk penjara, keluar malah jadi pengedar karena bergaul dengan pengedar di penjara. Atau mereka koruptor kecil masuk penjara, keluar malah jadi koruptor besar," ujar politisi Partai Amanat Nasional ini.

Tjatur menambahkan, seharusnya ada sanksi sosial yang dijatuhkan kepada mereka yang kini tinggal di penjara. Ia mencontohkan, penjara di Amerika Serikat mewajibkan para terpidana untuk bekerja secara masif sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Sehingga, para terpidana justru dapat menghasilkan berbagai macam karya yang justru dapat memberikan pemasukan yang besar bagi negara.

"Di sana itu banyak profesor, doktor yang dipenjara. Tapi tenaga mereka dimanfaatkan secara masif hingga pada akhirnya membuat mereka jera dan negara untung," kata Tjatur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Nasional
Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Nasional
Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Nasional
Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Nasional
Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

Nasional
Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nasional
LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

Nasional
Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Nasional
Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Nasional
KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

Nasional
Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena 'Mark Up' Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena "Mark Up" Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Nasional
PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com