Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi Maritim Tahun Kambing

Kompas.com - 19/02/2015, 13:12 WIB


Oleh: Rene L Pattiradjawane

JAKARTA, KOMPAS - Tahun kambing yang menurut sistem penanggalan Tionghoa dimulai dengan Pesta Musim Semi, Kamis (19/2/2015) hari ini, akan dipenuhi terminologi hubungan internasional dengan sebutan frenemies, istilah yang kira-kira berarti ramah meski tidak saling menyukai. Gambaran frenemies ini melekat erat dengan RRT sebagai negara besar, penduduk besar, cadangan devisa besar, dan ambisi hegemoni yang besar pula.

Tidak heran, negara terbesar di Asia dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia setelah Amerika Serikat ini sering kali dianggap sebagai kawan sekaligus ancaman mengerikan bagi banyak negara di dunia. Dalam Tahun Kambing 2015, ada gejala ketidaksabaran Beijing menyebar lingkup pengaruhnya secara lebih luas dan lebih cepat.

Hal ini, misalnya, tecermin percepatan operasional yang dinginkan Presiden Tiongkok Xi Jinping terhadap Dana Jalan Sutra, bagian terpenting dari inisiatif ekonomi baru Beijing senilai 40 miliar dollar AS. Dana itu antara lain untuk mendorong ekspor dan memacu investasi infrastruktur di negara sekitar daratan Tiongkok. Ada kekhawatiran, dengan cadangan devisa yang masif, niatan hegemoni Tiongkok mencari kekayaan (bukan kesejahteraan), melalui konsep Jalan Sutra Maritim Abad ke-21 akan membawa perubahan strategis geopolitik Asia.

Kita melihat beberapa faktor penting. Pertama, upaya membentuk tata dunia baru menempatkan Pax Sinica sebagai jawaban logis ketika kekuatan dominasi AS dalam kebijakan poros (pivot) melakukan perimbangan di kawasan Asia, selalu bergesekan dengan keinginan Beijing membentuk berbagai aliansi secara ekonomi, perdagangan, politik, ataupun keamanan.

Kedua, diplomasi maritim akan memainkan peranan penting dalam hubungan antarbangsa, khususnya dalam persinggungan krusial tarik-menarik kepentingan kedaulatan nasional dan persoalan jurisdiksi hukum internasional di lautan. Diplomasi maritim menjadi relevan ketika suasana Asia yang disebut sebagai zhengleng jingri (dingin politik, panas ekonomi), ketika situasi dan kondisi akibat ancaman politik berbagai pihak terus berlangsung, tetapi tetap mempertahankan kerja sama yang erat di bidang perdagangan dan investasi.

Ini terjadi kepada Tiongkok-Jepang, Tiongkok-Vietnam, Tiongkok-Taiwan, dan Tiongkok-Filipina. Klaim tumpang tindih kedaulatan atas pulau kosong dan karang mendorong diplomasi maritim memasuki era baru diplomasi kapal perang (gunboat diplomacy) sebagai bagian upaya penggetaran melalui gelar kekuatan angkatan laut di kawasan Asia.

Dalam perspektif ini, kita menyadari kekuatan diplomasi maritim di tahun kambing akan menjadi kesetimbangan penting, sebagai denominator yang meredam keinginan untuk melakukan konflik yang mengancam pertumbuhan harus didukung oleh kondisi regional yang damai dan stabil.

Diplomasi maritim perlu dirumuskan secara memadai sesuai nuansa abad ke-21 ataupun mengikuti nilai dan norma hukum internasional sehingga tidak dengan mudah berubah menjadi gunboat diplomacy, menabrakkan ke kapal ikan di kawasan tertentu atau menenggelamkan kapal ikan asing di wilayah perairan tertentu. Karena dalam jargon frenemies salah kelola adalah fatal bagi tahun kambing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com