Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bareskrim Periksa Saksi "Rumah Kaca" Abraham Samad Selama Dua Jam

Kompas.com - 30/01/2015, 14:22 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Penyidik Badan Reserse dan Kriminal Polri memeriksa Supriansyah alias Ancak. Ia adalah saksi kasus "Rumah Kaca", tulisan terkait tudingan lobi politik Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad kepada tim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla saat Pemilihan Presiden 2014 lalu.

"Saya diperiksa sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar dua jam lah," ujar Ancak seusai diperiksa di Kompleks Mabes Polri, Jumat (30/1/2015) siang.

Pria asal Makassar, Sulawesi Selatan, tersebut, mengaku, tidak hapal berapa pertanyaan yang diajukan penyidik kepada dirinya. Namun, kata dia, secara garis besar penyidik menanyakan tentang pertemuan Abraham Samad dengan tim sukses Jokowi.

"Saya jawab dengan apa adanya, memang ada pertemuan. Ya sudah," ujar dia.

Ancak mengaku tidak menyangka menjadi saksi dalam kasus itu. Menurut Ancak, ia hanya meminjamkan sebuah unit di apartemen The Capital Residence di kawasan niaga terpadu Sudirman, Jakarta Selatan.

"Panggilan ini membuat banyak kegiatan saya terbengkalai," lanjutnya, seraya meninggalkan kerumunan wartawan.

Tudingan Hasto

Sebelumnya, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad dilaporkan ke Bareskrim atas tuduhan melanggar Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pemberantasan Korupsi. Pelaksana tugas Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, Abraham melakukan lobi politik kepada dirinya agar mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden.

"Ada oknum di pimpinan KPK yang tergoda dengan kepentingan politik menjadi cawapres atau jaksa agung," ujar Hasto di rumah bekas media center Jokowi-Jusuf Kalla, Jalan Cemara, Nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/1/2015) lalu.

Menurut Hasto, pada awal 2014, ia ditugaskan Megawati Soekarnoputri bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Saat itu, seorang pria berinisial D menghubungi Hasto dan menawarkan Hasto mengadakan pertemuan dengan Abraham Samad.

"Di situ kami hanya dibilang, membahas hal-hal yang strategis," ujar Hasto.

Hasto tertarik atas tawaran itu. Menurut dia, bertemu pimpinan KPK merupakan momen yang langka. Hasto pun datang ke apartemen Capital di kawasan SCBD. Dia masuk melalui lobi depan. D rupanya sudah menunggu di lobi. Keduanya lalu naik ke salah satu lantai di apartemen mewah itu.

Di salah satu ruangan apartemen, Abraham telah menunggu. Menggunakan masker hijau dan topi hitam, Abraham duduk di kursi yang meja di depannya terdapat aneka buah. Hasto, Abraham dan D pun berbincang terkait hal strategis itu.

"Di depan Abraham, dia (D) memohon Bapak Abraham Samad bisa mengikuti proses jadi calon wakil presidennya Pak Jokowi," ujar Hasto.

Hasto mengaku, saat itu tidak dapat menjanjikan apa-apa karena pemilihan presiden masih jauh dan Megawati Soekarnoputri belum memutuskan siapa pasangan yang diusung PDI Perjuangan. Meski demikian, komunikasi dengan Abraham, tetap dijaga.

Oleh sebab itu, pertemuan kedua, ketiga hingga keenam dilaksanakan Hasto dengan Abraham di tempat yang berbeda-beda. Selain D, ada pria berinisial D lain yang mendorong Abraham menjadi cawapres Jokowi. D yang kedua ini, sebut Hasto, adalah sahabat karib Abraham.

Hasto menyebut, saking 'ngebetnya' Abraham ingin menjadi cawapres Jokowi, dia membuat skenario pertemuan dengan Jokowi di ruang VVIP Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Sejak saat itu, lobi politik Abraham kian kencang. Abraham juga merancang agenda pertemuan dengan tim sukses Jokowi-JK lain, yakni Hendropriyono dan sejumlah nama yang kini menjadi menteri kabinet kerja.

Namun, akhirnya Jokowi memilih Jusuf Kalla menjadi cawapresnya. Pertimbangannya, Kalla punya pengalaman dan dukungan politik yang jauh lebih kuat daripada bakal cawapres lainnya. Tanggal 19 Mei 2015, satu hari sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) menutup pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, Hasto mengaku ditugaskan Jokowi menyampaikan ke Abraham soal keputusan cawapres itu. Pukul 00.30 WIB, Hasto bertemu Samad yang masih mengenakan masker dan topi.

"Setelah saya ceritakan bahwa yang jadi cawapres adalah JK, Abraham bilang, 'Ya saya tahu, saya sudah melakukan penyadapan'. Dia juga bilang, 'Saya tahu yang menggagalkan saya menjadi calon wakil presiden adalah Pak Budi Gunawan'," ujar Hasto.

Hasto menangkap nada kecewa dari pernyataan Abraham. Dia tak menyangkal tudingan Abraham soal Budi Gunawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Nasional
Ketua RT di Kasus 'Vina Cirebon' Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Ketua RT di Kasus "Vina Cirebon" Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Nasional
Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Nasional
PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

Nasional
Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Nasional
Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Nasional
Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Nasional
Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Nasional
PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

Nasional
Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com