Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"PDI-P Berpotensi Bunuh Diri secara Politik"

Kompas.com - 22/01/2015, 22:57 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik, Yunarto Wijaya, mengatakan, pernyataan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengenai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad berpotensi melakukan "bunuh diri politik". Perbuatan Hasto dinilai Yunarto sama seperti mengakui keterlibatan partainya dalam melanggar kode etik KPK.

"Tetapi, yang jelas PDI-P berpotensi bunuh diri secara politik. Pernyataan Hasto seperti menunjuk partainya ikut melanggar kode etik KPK," ujar Yunarto, saat menjadi narasumber dalam sebuah diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/1/2015).

Menurut Yunarto, Hasto telah memberikan penilaian terhadap lembaga yang paling dipercaya publik dengan data yang tidak ada kaitannya dengan kerja KPK. Apa yang diungkap Hasto juga dianggap tidak ada kaitannya dengan kasus yang melibatkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan.

Yunarto mengatakan, jika apa yang dikatakan Hasto tersebut terbukti kebenarannya, efek yang ditimbulkan hanyalah penurunan kepercayaan publik terhadap Abraham Samad. Hal itu tidak berpengaruh terhadap institusi KPK, apalagi terhadap keputusan hukum yang dikeluarkan KPK.

Sebelumnya, melalui konferensi pers pada Kamis siang, Hasto mengungkapkan bahwa telah terjadi pertemuan antara kekuatan politik pengusung Jokowi sebagai calon presiden dengan Abraham Samad beserta tim yang mengusungnya. Pertemuan dilakukan lebih dari lima kali. Saat itu, kata Hasto, Samad menyampaikan keinginannya untuk mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden.

Cerita mengenai pertemuan itu awalnya beredar di situs jurnalisme warga Kompasiana yang berjudul "Rumah Kaca Abraham Samad". Hasto mengatakan, cerita itu benar adanya. (Baca: Hasto Akui Pertemuan Abraham dengan Para Petinggi Parpol Bahas Cawapres)

Ia menjelaskan, pada 19 Mei 2014, satu hari sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) menutup pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, Hasto mengaku ditugaskan Jokowi menyampaikan kepada Abraham bahwa Jokowi memilih Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden. 

Saat itu, kata Hasto, Abraham sudah mengetahui keputusan itu karena melakukan penyadapan. Abraham, lanjut dia, menuding Komisaris Jenderal Budi Gunawan, yang kini ditetapkan KPK sebagai tersangka, sebagai pihak yang menggagalkan pencalonan Abraham sebagai wakil presiden. 

Namun, Hasto menegaskan bahwa kisah lobi politik ini diungkap bukan karena langkah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka. Hasto mengaku geram karena Abraham menyangkal kisah lobi politiknya di hadapan media massa. PDI-P beranggapan bahwa Abraham menggunakan KPK sebagai alat untuk meraih kekuasaan.

Sementara itu, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi mengatakan, setelah Hasto memberikan pernyataan, jajaran struktural KPK meminta penjelasan dari Abraham tentang tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Abraham. Dalam pembicaraan tersebut, Abraham membantah pernyataan Hasto. (Baca: Bantah Pernyataan Hasto, Abraham Samad Merasa Difitnah)

"Bahwa semua yang disampaikan itu adalah fitnah belaka. Pak Abraham membantah dengan keras apa yang dituduhkan oleh Pak Hasto cs," kata Johan Budi di Gedung KPK, Kamis (22/1/2015) sore.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Shalat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Shalat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com