SURABAYA, KOMPAS.com — Putut Cahyowidodo mesti berkonsentrasi tinggi. Tangan kanannya memegang pisau bedah, sementara tangan kiri memegang penyepit. Sebisa mungkin, ia tidak merusak jenazah yang tengah berada di meja identifikasinya.
Pisau dan alat penyepitnya menyasar tulang paha kanan. Pisaunya mengiris sedikit bagian tulang, penyepit kemudian menyambarnya, lalu memasukkannya ke gelas ekstraksi. Putut pun mendapatkan sampel deoxyribo nucleic acid (DNA) dari data postmortem.
Sampel itu kemudian disandingkan dengan gelas berisi ekstraksi sampel DNA antemortem dari keluarga sedarah. Dua sampel itu dikirim ke laboratorium DNA di Mabes Polri Jakarta untuk diteliti, seberapa besar tingkat keidentikannya.
"Dari situlah, nantinya dapat dikenali siapa jenazah itu," ujar Putut.
Demikian paparan Putut kepada Kompas.com di Kompleks Mapolda Jawa Timur pada Kamis (8/1/2015) kemarin, soal bagaimana mengidentifikasi jenazah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Putut adalah Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) Mabes Polri. Sejak tanggal 31 Desember 2014 lalu, pria berpangkat Komisaris Besar Polisi itu siaga di RS Bhayangkara untuk mengidentifikasi para korban yang ditemukan.
Putut tidak dapat memastikan berapa lama hasil pencocokan sampel DNA dapat diketahui. Hal itu sangat bergantung pada kelengkapan data antemortem dari keluarga sedarah dan seberapa bagus data postmortem dari jenazah yang ditemukan.
"Kalau data antemortem lengkap dan data postmortem bagus, identifikasi sangat mudah. Tapi, kalau salah satunya kurang, terutama data postmortem-nya, sulit sekali diidentifikasi," ujar dia.
Putut mengakui, semakin hari kondisi jasad korban jatuhnya pesawat AirAsia semakin tak baik. Hal itu memperlama proses identifikasi. Jika dalam kondisi jasad normal, pencocokan DNA butuh waktu tiga hari. Butuh waktu dua atau tiga kali lipat jika kondisi jasad tidak lagi baik.
Identifikasi lewat DNA juga menghadapi kendala lain. Garam laut mampu memecah dinding sel. Hal itu menyebabkan inti sel yang berisi DNA seseorang menyebar. Jika DNA satu jasad menempel di jasad yang lainnya, potensi mal-identifikasi sangat mungkin terjadi.
"Makanya, untuk saat ini, kami mengambil sampel DNA di tulang paha. Tapi, ini hanya saat ini loh, ya. Kita tidak mengetahui bagaimana jenazah yang datang di kemudian hari. Apa sampel DNA-nya di tulang paha masih bagus atau tidak," ujar dia.
Hingga Jumat pagi, sebanyak 41 jenazah telah ditangani tim di RS Bhayangkara. Dari jumlah itu, sebanyak 25 jenazah teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.
Tim di RS Bhayangkara akan mengadakan rapat terkait 14 jenazah pada Jumat ini. Adapun dua jenazah lainnya baru tiba di RS Bhayangkara pada Kamis malam. Dua jenazah itu baru akan diambil data postmortem-nya pada Jumat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.