Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Pemerintah atau Jadi Penyeimbang?

Kompas.com - 11/12/2014, 14:12 WIB

Namun, kata David Reeve dalam buku Golkar: Sejarah yang Hilang (2014), sejak tahun 1968, Golkar dibajak demi pemenangan pemilu bagi Orde Baru dan untuk merestrukturisasi perpolitikan Indonesia.

Padahal, awalnya Golkar didirikan untuk menjadi alternatif parpol lain, juga untuk mengimbangi Partai Komunis Indonesia. "Golkar pernah memiliki gagasan bagus dalam perjalanan awalnya. Tetapi, ketika organisasi makin baik, justru gagasan makin melemah", tulis Reeve.

Melihat perjalanan hidup Golkar di masa lalu, kemudian mencermati manuver Golkar di era Reformasi, sedikit banyak timbul prasangka. Boleh jadi arah Golkar tidak pernah ditentukan oleh kader dari tingkat paling bawah, tetapi sekadar dikooptasi oleh elite Golkar.

Hasrat elite Golkar

Arah beringin condong ke kiri atau ke kanan boleh jadi tergantung dari hasrat para elite Golkar. Mungkinkah ada demokrasi dalam penentuan arah Golkar? Sulit dijawab walau mungkin terpenuhilah syarat prosedural dan legalitas.

Lihatlah betapa Golkar yang sempat diarahkan oleh Akbar dikoreksi Kalla untuk mendukung pemerintah. Kini, akibat Megawati hanya mesam-mesem saat "bernegosiasi" dengan elite Golkar pada pra-Pemilu Presiden 2014, akhirnya Aburizal menjadikan Partai Golkar sebagai partai "penyeimbang".

Dengan "kecanggihan" elite Golkar untuk bermanuver, dengan pengalaman mendirikan Koalisi Kebangsaan, jangan kaget jika Golkar merupakan "otak" di balik pendirian KMP. Kekuatan Golkar sebagai penyeimbang makin dahsyat dengan KMP.

Namun, benarkah arah Partai Golkar sudah final? Belum 100 persen. Munas Golkar Jakarta sejak Sabtu (6/12) hingga Senin (8/12) memilih Agung Laksono sebagai Ketum Golkar. Munas Jakarta pun menegaskan dukungan terhadap Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Perjalanan sejarah yang dapat menentukan siapa yang terkuat antara Munas Bali dan Munas Jakarta. Akhir perseteruan itu yang menentukan ke mana arah Golkar.

Manuver Golkar

Lagi pula, sungguhkah kader Golkar yang menjabat kepala daerah ingin menjadi penyeimbang? Belum tentu. Apalagi, kepala daerah harus berhubungan dengan pemerintah pusat, setidaknya dalam hal anggaran.

Jangan-jangan sinergi Golkar dengan KMP—dengan skenario pilkada via DPRD—demi menyapu bersih posisi kepala daerah. Di daerah lumbung suara Golkar, elite Golkar menjadi kepala daerah, di lumbung suara partai lain, Golkar tetap berkuasa berkat KMP.

Kalau dugaan itu benar, elite Golkar sungguh lihai. Tidak sekadar jadi penyeimbang, Golkar juga dapat "menggergaji pohon lain" di KMP. Golkar pun sempat silang pendapat dengan Demokrat, pendukung Perppu Pilkada Langsung.

Akan tetapi, dengan derasnya "tekanan" publik, akhirnya, Selasa lalu, Aburizal "berkicau" untuk mendukung pilkada langsung. Benarkah sikap Aburizal sudah final? Belum tentu.

Namun, ketika bersikeras menjadi penyeimbang dengan menolak pilkada langsung, Golkar tak akan berhadapan dengan koalisi atau parpol lain, tetapi langsung dengan rakyat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com