Akhirnya, Tiya pun harus berimprovisasi. Ia berkilah dengan menggunakan salah satu judul buku RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang.
"Ngeles lah gue dengan bilang seperti judul buku Habis Gelap Terbitlah Terang, sama saja dengan demokrasi yang harus melalui lorong-lorong yang gelap sebelum akhirnya mendapatkan cahayanya," kata perempuan kelahiran Bandung, 23 November 1966 ini.
Untuk menjadi pembawa acara yang baik, Tiya mengaku harus banyak membaca sehingga bisa memperkaya perbendaharaan kata dan pengetahuan. Dia juga dituntut untuk berpikir cepat sehingga bisa memecah keheningan yang membuat suasana acara tidak enak.
Sebenarnya, Tiya sudah menjadi MC di Istana sejak tahun 1995. Ketika itu, namanya melejit setelah menjadi pembawa berita English News Service. Dengan kefasihan berbahasa Inggris, posisi Tiya sebagai pembawa acara Istana tak tergantikan hingga presiden SBY kini.
Dari pengalaman memandu semua acara kepresidenan, Tiya mengaku paling berkesan memandu acara pada masa pemerintahan SBY. Selain yang terlama, Tiya menilai sosok SBY berbeda dibandingkan presiden sebelumnya. Meski sangat perfeksionis, menurut dia, SBY manusia biasa yang gemar bercanda.
"Dia enggak pernah marah dan saya senang karena beliau itu bisa diajak bercanda walau pun posisinya presiden. Jadi ini yang menurut saya paling berkesan," kata ibu tiga anak ini.
Baca juga:
SBY dan Kantong Mata yang Membesar