Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi dan Jatah Menteri Parpol

Kompas.com - 17/09/2014, 09:57 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Keputusan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang memberikan jatah 16 kursi menteri untuk partai politik pendukung mendapat sorotan miring. Salah satunya, keputusan tersebut dianggap praktik bagi-bagi kursi, tidak seperti yang disampaikan Jokowi ketika kampanye pemilu presiden dulu.

Lantas, apa sebenarnya alasan Jokowi dan wakil presiden terpilih Jusuf Kalla mengalokasikan 16 kursi menteri untuk orang parpol?

"Hal itu berkaitan dengan dukungan politik. Berkaitan juga dengan hubungan pemerintah dengan Dewan," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta, Selasa (16/9/2014).

Jokowi merasa perlu merangkul kekuatan partai politik, terutama yang telah mengusungnya dalam Pilpres 2014 lalu. Harapannya, pemerintahannya mendapat dukungan saat menjalankan program-program prioritas sehingga berjalan baik.

Namun, Jokowi menolak keputusannya itu disebut bentuk bagi-bagi kursi. Bagi Jokowi, praktik transaksional bagi-bagi kursi menteri itu dilakukan sebelum Pilpres dimulai. Jokowi mengaku bahwa proporsi 16 kursi menteri untuk parpol dan 18 kursi menteri untuk profesional nonparpol baru dikalkulasikan setelah menang dalam Pilpres lalu.

"Bedanya, sekarang saya punya kalkulasi dulu. Kalau sudah begitu parpol mau setor 100 (kader) ndak apa-apa, mau setor 50 (kader) ndak apa-apa. Wong belum tentu saya ambil juga," ujar Jokowi.

Jokowi menegaskan dirinya tidak akan bisa diintervensi saat memilih siapa orang parpol yang akan menjadi pembantunya nanti.

Jokowi juga sudah memastikan bahwa kementerian yang akan dipimpin figur menteri profesional murni antara lain menteri keuangan, menteri badan usaha milik negara, menteri energi dan sumber daya mineral, serta menteri pertanian.

ATM Parpol

Publik mengkhawatirkan menteri asal parpol bakal dijadikan "ATM" bagi parpol. Menanggapi kekhawatiran itu, Jokowi mengaku tak bisa menjamin para pembantunya nanti tak melakukan penyimpangan. Hanya, ia memastikan bakal menerapkan pengawasan kuat dan tegas terhadap anggota kabinetnya.

"Kalau jadi 'ATM parpol', ya tinggal tangkap saja. Sulit banget sih," ujar Jokowi.

"Semuanya itu kan cuma soal pengawasannya saja kok yang ditingkatkan. Ngapain sih kamu sulit -sulit banget berpikirnya," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, secara personal, siapapun tidak dapat menjamin seseorang akan kerja dengan baik. Menurut dia, seseorang yang baik bisa saja berubah. Celah itu, kata Jokowi, harus diisi dengan penegakan hukum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Nasional
Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Nasional
Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com