"Di Pileg (pemilu legislatif) enggak dipermasalahkan, tapi ini baru di Pilpres sekarang dipermasalahkan, itu jadi aneh," kata Phillips, dalam diskusi "Pilpres Tanpa Akhir" di Hotel Artotel, Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Menurut dia, RRI sudah terbukti sebagai salah satu lembaga kredibel yang melakukan hitung cepat pada pemilihan umum. Saat Pemilu Legislatif 2014 lalu, hasil hitung cepat RRI paling mendekati atau hampir sama dengan hasil akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"RRI saya kira paling precise (tepat) waktu pileg. Dia membuktikan sebagai lembaga kredibel," ujar dia.
Sebelumnya, Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik RRI Niken Rosalita Widiastuti mengatakan, hitung cepat oleh RRI bukan kali pertama dilakukan pada Pemilu Presiden 9 Juli lalu. Menurut dia, RRI telah menyelenggarakan quick count sejak Pemilu 2009. Ia menambahkan, quick count tersebut dilaksanakan oleh Pusat Penelitian, Pengembagan, Pendidikan, dan Latihan (Puslitbangdiklat) RRI. Tujuannya, kata Niken, untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat atas hasil pemilu.
Saat Pileg 2014 lalu, ia mengatakan, Puslitbangdiklat RRI juga menyelenggarakan quick count. Hasil quick count tersebut tidak jauh berbeda dengan perhitungan KPU. Oleh karena itu, KPU memberikan sertifikat terdaftar kepada Puslitbangdiklat RRI.
“RDP Komisi I juga memberi apresiasi quick count yang hampir sama dengan KPU hingga akhirnya RRI mendapat izin sertifikat terdaftar dari KPU,” ujarnya.
Hasil hitung cepat RRI menunjukkan, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul dengan perolehan 52,71 persen. Adapun Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 47,29 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.