Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2014, 12:46 WIB

Seperti pantun bersambut, foto Jokowi yang sedang umrah dengan busana umrah yang "salah" pun ikut meramaikan minggu tenang. Sebelum foto tersebut diunggah, ada foto lain hasil montase seseorang yang memajang siaran Metro TV dengan tulisan berjalan di bawahnya yang menyebut bahwa Jokowi tepergok makan saat puasa.

Menurut seorang kawan bernama Ireng Halimun, citra tersebut jelas ngawur. Alasannya, pertama, Metro TV menulis kata "Ramadhan" dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang benar, yaitu "Ramadan" tanpa huruf h. Kedua, tidak lazim bagi Metro TV menulis kata "diwarteg" yang disambung, tetapi dipisah, yaitu "di warteg", untuk menunjukkan kata tempat. Ketiga, jenis huruf (font) yang digunakan dalam gambar adalah Helvetica (Arial), sedangkan dalam running text, Metro TV menggunakan huruf berjenis Myriad Pro. Saya harap, Anda tidak memercayai gambar (informasi) ini.

Inilah kiranya buah dari demokrasi liberal sebagai buah dari amandemen UUD 1945 yang mengabaikan perspektif kesantunan dan kepatutan sehingga menjadikan kemenangan dan kekuasaan sebagai satu-satunya tujuan. Akibatnya, tim sukses kedua pihak pun melakukan berbagai cara, termasuk melakukan kampanye hitam, demi kemenangan itu.

Maka dari itu, tak heran jika pada minggu tenang ini kita masih disibukkan oleh perkara-perkara yang justru akan merusak kedewasaan kita dalam berdemokrasi. Sebuah selebaran yang beredar pada Selasa dini hari malah kian membuat tegang suasana. Begini bunyinya: "Menolak kalah dan Mengajak Perang!"

Ah... entah apa yang mereka pertaruhkan sebenarnya? Barangkali, mereka yang terlibat dalam tim sukses bakal mendapat bagian kue kekuasaan. Akan tetapi, kita yang cuma jadi penggembira, adakah yang akan kita dapatkan jika dalam mendukung jagoan kita sampai ikut-ikutan menyebar kampanye hitam yang mengandung fitnah dan mengabaikan kesantunan.

Biar pikiran kita tak semakin ribet, agar minggu tenang ini tak semakin tegang, mari kita simak status kawan saya, Meydi Leung, yang kini tinggal di California, Amerika Serikat.

Begini katanya:
Buset deh... pagi2 buka FB & meliat ini org2 so semakin hari semakin parah, org beribadah saja sampai hrs diributkan. Apakah karena Pilpres sampai nilai waras seseorang sdh tdk ada lagi? Mengutip tulisan teman: Kubu Jokowi dikatain komunis. Kubu Prabowo disebut sarang fundamentalis/teroris. Kubu Golput dibilang amoral dan tidak nasionalis. Lengkap sudah tinggal ditambah cabe bikin saja rica-rica atau woku belanga... ckckckckckck... Mending enjoy cappuccino aja deh... slurpyyyyy..

Sssstttt, jangan lupa, besok kita ke tempat pemungutan suara. Coblos sesuai nuranimu. Lusa kita sudah beroleh presiden baru. Kita kembali saling berjabat tangan dengan mereka yang memiliki pilihan lain. Cheers...!

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com