Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye di Media Sosial dan TV

Kompas.com - 03/07/2014, 05:00 WIB


Oleh: Topan Yuniarto

Peran media sosial melalui internet mulai diperhitungkan terkait dengan penggalangan massa pendukung. Tidak terhindarkan perang antar-pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa versus pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla marak terjadi di media sosial. Kedua kubu beradu opini untuk menggalang dukungan.

Media sosial (social media) merupakan media jejaring tempat masyarakat bersosialisasi dengan karakter bebas dan tanpa batasan geografis. Media sosial berbasis internet ini menciptakan ruang bagi masyarakat untuk dapat bersosialisasi secara bebas.

Survei International Telecommunication Union (ITU) pada Januari 2014 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 72.700.000 orang, atau setara dengan 29 persen populasi masyarakat Indonesia. Jumlah pengguna itu meningkat dari tahun ke tahun.

Penetrasi jumlah pengakses internet melalui perangkat bergerak mencapai 14 persen dari jumlah populasi. Sementara pengakses internet melalui komputer personal mencapai rata-rata 5 jam 47 menit dan pengguna perangkat bergerak mencapai rata-rata 2 jam 30 menit. Melihat kenyataan ini, menggapai netizen bagi masing-masing kandidat merupakan cara yang murah meriah jika dilakukan secara efektif.

Dalam sepekan terakhir, jumlah percakapan tentang capres di media sosial yang dimonitor oleh lembaga survei Politicalwave menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada 25 Juni 2014, percakapan tentang Jokowi-Jusuf Kalla di media sosial sebanyak 71.464 percakapan, sedangkan di hari yang sama percakapan tentang Prabowo-Hatta sebanyak 50.853 percakapan. Tren yang membicarakan capres Jokowi terus meningkat tajam hingga menembus 133.132 percakapan pada 29 Juni 2014, sedangkan Prabowo-Hatta hanya menembus 75.342 percakapan.

Percakapan paling seru pada 29 Juni 2014 adalah saat berlangsung debat calon wakil presiden Hatta Rajasa versus Jusuf Kalla. Jumlah percakapan di Twitter melonjak saat berlangsung dan seusai debat cawapres. Hal yang sama terjadi pada pekan sebelumnya saat debat mengadu capres dan cawapres. Panggung debat kali ini sangat menggelitik warga media sosial untuk aktif mengomentari isi dan penampilan capres ataupun cawapres saat debat.

Jika dijumlahkan, porsi percakapan tentang Jokowi-Jusuf Kalla sebanyak 575.364 atau 60,8 persen, berselisih jauh dengan percakapan tentang Prabowo-Hatta Rajasa sebanyak 371.316 atau 39,2 persen.

Potensi raih dukungan

Capres dan cawapres memiliki tim yang mengelola isu, baik saat kampanye di lapangan, debat capres, maupun tim yang memonitor diskusi di sosial media. Jika kedua kubu tim ini cerdik, potensi meraih dukungan dari warga media sosial menjadi semakin besar.

Namun, hal ini tidak mutlak karena pengguna media sosial sudah memiliki preferensi pilihan masing-masing. Warga media sosial adalah warga yang cenderung melek teknologi dan memiliki tingkat intelektual cukup.

Jumlah pengguna atau akun yang terlibat perbincangan tentang capres di media sosial terbelah menjadi dua kubu. Akun yang ikut terlibat perbincangan tentang Prabowo-Hatta Rajasa sebanyak 119.049 akun (48 persen). Sementara user yang terlibat membincangkan Jokowi-Jusuf Kalla sebanyak 128.388 akun (51,9 persen). Meskipun perbedaannya hampir 4 persen saja, porsi ini bisa dikatakan cukup berimbang dalam pertarungan opini.

Twitter menjadi wahana yang sangat disukai warga media sosial untuk membincangkan para capres dibandingkan Facebook. Selama sepekan terjadi 327.244 percakapan tentang Prabowo-Hatta Rajasa di Twitter, sedangkan di Facebook hanya 34.024 percakapan. Demikian pula percakapan tentang Jokowi-Jusuf Kalla di Twitter dalam pekan ini sebanyak 534.845 percakapan, sedangkan di Facebook hanya 29.770 percakapan.

Warga media sosial secara ekonomi tergolong warga kelas menengah dan memiliki akses informasi dan modal untuk mendapatkan akses tersebut dengan mudah. Namun, elektabilitas capres sesungguhnya tidak bisa semata ditentukan oleh kehadiran percakapan capres di sosial media.

Percakapan media sosial sangat populer di perkotaan. Namun, bagi warga pedesaan yang kesulitan akses internet, media televisi menjadi media utama untuk informasi. Melalui media televisi, masyarakat pedesaan bisa mengenal sosok capres dan cawapresnya.

Televisi

Di level media arus utama (mainstream media), dua stasiun televisi nasional beradu dukungan dalam membentuk opini pemirsa. Keduanya berkompetisi untuk mendukung masing-masing capres.

Hal ini tecermin dalam isi ataupun durasi yang cenderung berpihak kepada masing-masing figur yang didukung. Sudah bukan rahasia umum, pemirsa melihat TV One dan ANTV mendukung agenda kampanye Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Metro TV sebaliknya, tampak sangat mendukung aktivitas kampanye pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, baik dari konten maupun durasinya.

Meski mendapat teguran Komisi Penyiaran Indonesia, kedua stasiun televisi tersebut enggan mengubah komposisi kebijakan agar lebih berimbang. Dari sisi nada (tone) pemberitaan di televisi, pemirsa bisa menebak ke arah mana opini dibentuk.

Dalam mengonsumsi pemberitaan capres dan cawapres di media sosial dan media arus utama, dibutuhkan kedewasaan dan kebijaksanaan agar tidak terjebak pada janji manis masing-masing kontestan saat menggunakan ruang media.

(LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com