Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa Ramadhan dan Pilpres

Kompas.com - 29/06/2014, 16:20 WIB

Oleh: Taufik Ikram Jamil

KOMPAS.com - Hanya kebetulan saja jika Pemilihan Umum Presiden 9 Juli mendatang dilaksanakan pada bulan Ramadhan saat umat Islam melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh yang dimulai Sabtu (28/6/2014).

Meski demikian, begitu banyak hikmah puasa yang dapat dikaitkan dengan kecenderungan pilpres sebagai upaya untuk meredam dampak buruk yang lebih parah lagi dari pesta demokrasi tersebut.

Hal ini penting dicatat karena setidak-tidaknya baru 36 tahun lagi atau tujuh kali pilpres lagi pemilihan pejabat nomor satu itu dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Tentu jika diasumsikan pelaksanaan pilpres sama seperti sekarang, yakni tetap diselenggarakan pada 9 Juli. Hal itu diakibatkan perbedaan cara penghitungan antara kalender hijriah dan masehi yang bergeser sekitar 10 hari setiap tahun.

Masa 36 tahun tersebut bukanlah waktu yang pendek. Jatuh bersamaan dengan tahun 2050.  Banyak hal yang dapat terjadi dalam rentang waktu sepanjang itu. Mungkin saja wajah Indonesia yang dikenal pada hari ini akan berbeda jauh dibandingkan dengan 36 tahun mendatang dalam berbagai segi. Sederhananya, hampir dua generasi bergulir dari sekarang jika satu generasi selalu disebut berada pada rentang masa 20-25 tahun, pilpres akan kembali berlangsung pada bulan Ramadhan.

Banyak contoh tentang kecenderungan pilpres saat ini yang terasa mulai mengganggu kehidupan sosial. Namun, cukup memadailah menyebutkan kecenderungan yang paling menonjol dalam pilpres sekarang dibandingkan Pilpres 2004 dan Pilpres 2009, yakni semaraknya kampanye hitam. Buruk-memburukkan, dengan maksud menjatuhkan pihak lain, seperti sudah menjadi sesuatu yang lumrah pada masa kampanye.

Islam menentang perbuatan semacam itu. Malah menyebutkan bahwa jika kejelekan seseorang yang digembor-gemborkan adalah benar, tindakan tersebut jatuh sebagai gibah atau gosip. Sebaliknya, jika faktanya tidak sebagaimana yang disebut-sebut, perbuatan itu dinilai fitnah. Jelas kedua hal itu harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, hanya dalam puasa akibat dari tindakan-tindakan itu dikonkretkan—tak sebatas kehilangan pahala puasa.

Adalah Nabi Muhammad SAW yang menyuruh dua perempuan untuk membatalkan puasanya karena keduanya telah bergosip. Ketika diminta untuk muntah, ”keluarlah bergumpal-gumpal daging manusia dari perut mereka”. Ini merupakan ilustrasi dari apa yang disebut bahwa gosip dapat diumpamakan seperti memakan daging saudara sendiri secara mentah-mentah. Jika gambaran gosip demikian buruknya, tentu tidak terbayangkan keburukan fitnah yang dinyatakan lebih kejam daripada pembunuhan.

Begitu juga akibat dari kampanye hitam itu sendiri yang setidaknya telah menimbulkan luka, bahkan rasa permusuhan antarkelompok. Puasa dalam Ramadhan ini pula yang secara konkret menganjurkan kasih sayang, antara lain dapat menyelami kehidupan warga yang senantiasa kekurangan materi. Dalam Ramadhan ini pula, tidak pada bulan lain, setiap individu—walaupun baru lahir—memberikan sebagian kecil bahan makanannya untuk pihak lain yang sudah ditentukan (zakat fitrah).

Tambahan ujian

Nafsu buruk seperti amarah dan dendam akibat kampanye hitam justru diingatkan pada bulan Ramadhan sebagai musuh besar dalam kehidupan. Ini dinyatakan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW setelah memimpin Perang Badar sebagai perang pertama dalam Islam untuk membela hak yang terjadi pada bulan Ramadhan. Menurut Rasulullah, ada perang yang lebih besar dibandingkan Badar, yakni mengalahkan hawa nafsu.

Telah banyak pihak yang meminta agar kampanye hitam dihentikan. Namun, tindakan tidak terpuji itu bukan berkurang, melainkan makin menjadi-jadi. Kuat dugaan, kampanye hitam ini akan makin parah menjelang pelaksanaan pilpres itu sendiri setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa belasan hari. Apa yang disebut dengan minggu tenang hanya urusan kalenderis, diduga tidak akan memengaruhi aktivitas memburuk-burukkan.

Tidak mengherankan jika kemudian ada yang berpandangan bahwa pada puasa Ramadhan pun kenyataan kampanye hitam akan sama dengan masa sebelumnya. Sebab, pada bulan Ramadhan secara sederhananya adalah lebih menekankan sesuatu yang juga tidak dibenarkan pada bulan lain.

Contohnya soal gosip di atas yang tidak boleh dilakukan pada bulan Ramadhan, tetapi juga tidak dibenarkan dilakukan pada bulan lain. Bedanya adalah puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan kehilangan pahalanya, sedangkan pada bulan lain banyak orang yang tidak puasa (sunah) sehingga tak perlu risau akan kehilangan pahala ibadah tersebut. Apalagi kenyataannya pada bulan Ramadhan kejahatan lain masih selalu terjadi seperti pada bulan-bulan sebelum ataupun sesudahnya.

Jika demikian halnya, mudah saja dikatakan bahwa pelaku kampanye hitam memang tidak mau diajak untuk melakukan suatu kebaikan walaupun telah diingatkan dengan berbagai
cara, termasuk melalui merefleksikan hikmah Ramadhan. Sebaliknya, Ramadhan kita tahun ini justru mendapat tambahan ujian, yakni berusaha terhindar dari jelek-menjelekkan yang dilakukan secara masif dan sistemik dengan nama kampanye hitam.

Di sisi lain, tidak pula dapat dilupakan bahwa ujian juga namanya jika berbagai usaha menghentikan kampanye hitam—termasuk melalui usaha agar memetik hikmah bulan Ramadhan—tidak berhasil dilakukan. Artinya, demokrasi yang kita anut, bahkan negara ini, sedang menghadapi ujian yang tak kecil, sampai mengancam kehidupan bernegara.

Setiap ujian memang tidak mudah untuk dilalui. Akan tetapi, setiap ujian pasti berujung pada peningkatan suatu tingkatan pencapaian. Apakah kita mampu melewati ujian ini? Insya Allah.

Taufik Ikram Jamil
Sastrawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Nasional
Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Nasional
Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Nasional
Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Nasional
PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

Nasional
Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Nasional
Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Nasional
Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com