"Peristiwa tersebut adalah tamparan hebat bagi wajah Presiden SBY karena baru beberapa hari lalu beliau memberikan peringatan kepada perwira-perwira TNI/Polri aktif untuk tidak terlibat dalam dukung-mendukung pasangan capres," ujar Basarah di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Sebagai Panglima tertinggi TNI, Presiden SBY diminta wajib menindaklanjuti laporan ini. Basarah bahkan mendesak perlunya dibentuk Dewan Kehormatan Militer untuk menyelidiki kasus penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh oknum-oknum TNI.
"Langkah proaktif Presiden SBY sangat penting untuk memberikan kenyamanan dan keamanan jalannya proses pemilu presiden tanggal 9 Juli yang akan datang. Sebab, sangat mungkin jika kasus tersebut telah didesain untuk menggerakkan TNI mendukung Prabowo-Hatta secara masif dan terstruktur ke seluruh wilayah," ucap anggota Komisi III DPR itu.
Selain mendesak sikap lanjutan dari Presiden SBY, Basarah juga meminta fenomena pengerahan babinsa yang berada di bawah binaan Koramil itu menjadi perhatian serius Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Komisi Pemilihan Umum, dan Polri.
"Laporan tersebut jika tidak ditindaklanjuti akan membahayakan proses pemilihan presiden yang sedang berlangsung. Karena jika berada dalam situasi tekanan aparat militer seperti itu, rakyat kebanyakan, apalagi yang di desa-desa, pasti akan takut dan tidak berani memilih Jokowi-JK," imbuh Basarah.
Seperti diberitakan, menjelang pemilu presiden, warga di kawasan Jakarta Pusat diresahkan oleh pendataan siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang akan dipilih. Pendataan itu dilakukan oleh orang yang mengaku bintara pembina desa (babinsa).
Masalahnya, dalam pendataan itu, warga diarahkan untuk memilih pasangan yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Presiden sempat menunjukkan kemarahannya di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6/2014). Presiden menyebut, ada jenderal aktif yang tidak netral dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.