Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Akui Beasiswa Presidential Scholarship Strategi Jelang Pemilu

Kompas.com - 03/04/2014, 14:34 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Max Sopacua mengakui bahwa Presidential Scholarship yang diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan salah satu strategi untuk memenangkan Pemilu 2014. Menurutnya, setiap partai punya strategi masing-masing untuk meraup suara dalam pemilu.

"Saya kira setiap parpol punya strategi sendiri untuk memenangkan pemilu. Jadi, kalau sekarang diluncurkan program beasiswa, kenapa diprotes?" kata Max saat menghadiri kampanye Partai Demokrat di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Max meminta partai lain untuk tidak mengkritik kebijakan yang dinilainya sangat baik itu. Partai lain, kata dia, juga melakukan strateginya sendiri agar bisa memenangkan pemilu mendatang.

"Silakan partai lain melakukan strategi mereka sendiri, melakukan hal yang sama juga tidak apa-apa. Kalau ada opini negatif berkembang, silakan saja. Kalau dihantam orang kami kendor? Ya enggak juga," ucap Max.

Namun, meski merupakan strategi memenangkan pemilu, Max menilai pembagian beasiswa itu masih dilakukan dengan cara yang wajar. "Saya kira itu hal wajar, bukan negatif. Kalau itu negatif kan sampai mengirim surat, melakukan penggalangan (dukungan)," ujar dia.

Sebelumnya, Presiden meluncurkan Indonesia Presidential Scholarship atau Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI). Program beasiswa ini diberikan pemerintah kepada warga negara Indonesia untuk menempuh jenjang pendidikan magister (S-2) dan doktor (S-3) di sejumlah perguruan tinggi terbaik dunia.

Peluncuran BPRI, kata SBY, seperti dikutip dari situs Presiden, merupakan babak penting dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju bangsa yang lebih maju, yakni dengan memiliki sumber daya manusia yang unggul. Potensi SDA yang baik harus diikuti dengan manusianya yang juga unggul, maju, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki daya saing yang tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com