MOSKWA, KOMPAS.com — Presiden Vladimir Putin, Senin (17/3/2014) siang waktu setempat, menandatangani dekrit pengakuan hasil referendum Crimea. Referendum itu memutuskan Crimea memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung ke Rusia.
Menurut kantor berita Rusia, mengutip pernyataan dari Kremlin, dekrit tersebut menyatakan, "Mengakui Republik Crimea, dengan status khusus untuk Sevastopol, sebagai wilayah berdaulat dan independen."
Dikutip dari AFP, kantor berita Rusia melaporkan bahwa Kremlin menyatakan keputusan tersebut dibuat sebagai sikap atas hasil referendum Crimea yang digelar pada Minggu (16/3/2014).
Referendum Crimea merupakan salah satu babak terbaru dari krisis di Ukraina yang berlangsung sejak November 2013. Pada Februari 2014, demokrasi di Kiev, ibu kota Ukraina, menggulingkan pemerintahan dan menempatkan kubu oposisi di puncak kekuasaan.
Krisis Ukraina bermula dari gagalnya kesepakatan dagang Ukraina dengan Uni Eropa, diduga kuat karena intervensi Rusia berupa kucuran dana talangan sekaligus kortingan harga gas. Demonstrasi pun bergulir, mulai dari demonstrasi damai hingga aksi yang memakan korban puluhan orang menjelang penggulingan pemerintah saat itu.
Setelah kekuasaan berganti, giliran negara bagian Crimea yang secara historis maupun faktual memiliki kedekatan dengan Rusia, meradang. Puncaknya adalah referendum pemisahan diri tersebut, sekalipun minoritas Muslim Tartar menolaknya.