Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sepatan" Lembu Sura dan Runtuhnya Majapahit, Mitos dan Sains Gunung Kelud...

Kompas.com - 15/02/2014, 09:25 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


"Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping, yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, lan Tulungagung dadi kedung" ~Lembu Sura~

KOMPAS.com - Kalimat di atas adalah "sepatan" alias kutukan yang diucapkan Lembu Sura, tokoh legenda yang mewarnai sejarah Kabupaten Kediri di Jawa Timur. Juga, sejarah kerajaan Majapahit.

Ada beragam versi soal Lembu Sura yang berakhir dengan kutukan dan menjadi sejarah lisan kehadiran Gunung Kelud ini. Meski demikian, semua bertutur tentang cara seorang perempuan cantik menolak lamaran Lembu Sura.

Satu versi, adalah cerita dengan perempuan cantik Dewi Kilisuci yang adalah anak Jenggolo Manik. Versi lain, ini adalah kisah tentang Dyah Ayu Pusparani, putri dari Raja Brawijaya, penguasa tahta Majapahit. Ada versi-versi lain tetapi inti cerita sama.

Kisah ini bermula dari kecantikan yang tersohor, mendatangkan para pelamar, sayangnya yang datang tak sesuai harapan. Tak enak menolak, maka cara sulit diterapkan. Tak beda dengan kisah Rorojonggrang dan legenda candi Prambanan.

Namun, dalam legenda Gunung Kelud, pelamar sang putri ini masih pula bukan manusia. Dia makhluk berkepala lembu. Itulah Lembu Sura.

Untuk menolak lamaran Lembu Sura, dibuatlah syarat pembuatan sumur sangat dalam hanya dalam waktu semalam. Tak dinyana, Lembu Sura ini punya kekuatan dan kemampuan untuk mewujudkan syarat itu.

Melihat perkembangan tak menggembirakan, sang putri pun menangis. Ayahnya, dalam versi kisah yang mana pun, kemudian memerintahkan para prajurit untuk menimbun Lembu Sura yang masih terus menggali di sumur persyaratan itu.

Batu demi batu dimasukkan ke lubang sumur, menjadi sebentuk bukit menyembul karena ada Lembu Sura di dalamnya. Saat batu dilemparkan, Lembu Sura masih memohon untuk tak ditimbun.

Begitu menyadari bahwa permohonannya akan sia-sia, keluarlah "sepatan" sebagaimana menjadi kutipan di atas. Sejak saat itulah legenda Gunung Kelud dan kedahsyatan letusan maupun dampaknya mengemuka.

Hancurnya Majapahit

Terlepas dari mitos Lembu Sura, tiga wilayah yang disebut dalam kutukannya itu memang kemudian luluh lantak. Para ahli sejarah memperkirakan letusan pada1586 yang menewaskan lebih dari 10.000 orang adalah akhir dari sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Betul, catatan sejarah menyebutkan Kerajaan Majapahit diperkirakan runtuh pada kisaran angka tahun 1478. Namun, para sejarawan hari ini pun mengakui masih banyak yang belum terkuak soal sejarah kerajaan itu, seperti misalnya dugaan ada dua Majapahit pada satu masa.

Apa kaitannya dengan Gunung Kelud? Tentu saja letusannya.

http://www.vsi.esdm.go.id Peta rawan bencana letusan Gunung Kelud, yang dirilis Badan Geologi Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral menyusul peningkatan status kegunungapian Gunung Kelud menjadi Awas, Kamis (13/2/2014) malam. Gunung ini kembali meletus pada Kamis dengan letusan pertama terjadi pada pukul 22.50 WIB.
Sebelum letusan pada 2007, setidaknya sejak awal abad 1900-an diketahui bahwa kawah Gunung Kelud memiliki danau. Kecuali letusan pada 2007, letusannya pun diketahui bertipe eksplosif, termasuk letusan pada Kamis (13/2/2014) malam.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com