Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kota Shenzhen

Kompas.com - 19/12/2013, 21:31 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Setelah satu jam naik kereta dari Hongkong, maka sampailah kami di Shenzen, sebuah kota baru yang mulai dibangun sejak tahun 1980. Meski mempunyai sebutan kota baru, namun pertumbuhan kota ini sangat mencengangkan. Bayangkanlah, dalam waktu 30 tahun, kota ini sudah sepadan dengan kota-kota besar di dunia, lengkap dengan simbol-simbol kemajuan berupa gedung-gedung pencakar langit dan fasilitas kota yang prima.

Maka tak heran, jika kota ini menjadi kota tujuan mencari nafkah bagi penduduk kota di sekitarnya, termasuk Hongkong. Biaya hidup yang relatif masih murah, lapangan pekerjaan yang masih meruah, dan pendapatan yang bagus bagi para pekerja, adalah salah satu alasan
mengapa kota ini menjadi tujuan warga sekitar untuk datang dan mengais rezeki di kota ini, termasuk dalam hal ini warga Hongkong.

Itulah sebabnya, tak heran jika akhir pekan tiba, pintu masuk dan keluar Shenzhen macam stasiun kereta api Shenzen dipenuhi warga Hongkong.

Kantuk yang belum terbayarkan sejak semalam dari Jakarta, penat yang luar biasa setelah perjalanan jauh dan perut yang kenyang segera menggenapkan penat saya dalam tidur. Maka jadilah, 3/4 perjalanan Hongkong - Shenzhen saya lewati dalam tidur.

Itu artinya, setekah tidur 45 menit, sampailah saya di kota baru itu, kota Shenzhen yang terkenal pula dengan sebutan kota kreatif, sebab di dalamnya memang terdiri dari para pekerja muda yang kreatif.

Ini pula yang menjadi alasan mengapa rombongan Reka Baru Desain Indonesia (RBDI) di bawah Kemenparekraf diajak berkunjung ke sini, ke sebuah kota baru yang dibangun oleh kekuatan dahsyat berupa sekumpulan orang-orang kreatif dan trengginas, bak cerita rakyat Jawa di mana Bandung Bondowoso membangun Candi Seribu hanya dalam waktu semalam. Harapannya, semoga mereka yang terpilih sebagai 'pemenang' lomba desain di ajang RBDI itu dapat menyerap ide dan inspirasi dari kota ini.

Itulah soalnya, begitu masuk Kota Shenzhen yang merupakan salah satu kota di Propinsi Guandong dan memiliki luas 2020 km2 atau lima kali Pulau Batam atau sepertiganya Pulau Bali, bayangan tentang kota China yang masih kental dengan suasana tradisional, seperti sepeda
yang berseliweran, pakaian seragam warna hijau, dan topi bambu, langsung musnah. Yang ada di hadapan kita adalah sebuah kota dengan peradaban mutakhir sebuah kota dunia yang penuh gedung-gedung pencakar langit yang dapat disejajarkan dengan kota-kota dunia lainnya seperti; Tokyo, London, New York, Merlbourne, dan lainnya.

Membayangkan Shenzhen sekarang, tentu beda dengan 30 tahun lalu. Sebelum tahun 1979, Shenzhen hanyalah kampung nelayan dengan penduduk 30 ribu jiwa saja. Namun berkat keinginan kuat dan konsisten dari pemimpin China pada waktu itu Deng Xiaoping yang lebih mementingkan kemajuan ekonomi dibanding porsi politik ideologi-nya, maka pada tanggal 1 Mei 1980 dicanangkan Kota Shenzhen sebagai Zona Ekonomi Khusus. Pemerintah membangun dan menyediakan infrastruktur yang sangat memadai guna menarik investasi dari luar negeri.

Pada awalnya, Kota Shenzhen sebagai wilayah perbatasan antara China dengan Hong Kong dibangun dalam rangka menyaingi kemajuan ekonomi Hong Kong yang pada waktu itu masih bagian protektorat Inggris Raya dan telah terlebih dahulu maju. Shenzhen haruslah memiliki daya saing yang lebih baik dibanding Hong Kong dan hal itu dilaksanakan baik oleh pemerintahan lokal Kota Shenzhen maupun oleh pemerintah pusat di Beijing. Pemerintah selain menyediakan infrastruktur yang sangat mumpuni karena terencana secara integral dengan baik, juga memberikan kemudahan dalam bidang moneter, kepabeanan, dan perpajakan. Pemerintah China menerapkan ‘no limit currency’, pengurangan pajak, dan bahkan mengeluarkan kebijakan yang membolehkan investor untuk membawa 100% keuntungannya ke negara asalnya. Kebijakan itu tentu sangat menarik bagi para investor, khususnya para pengusaha dari Hong Kong. Pada tahun 1990-an, Salim Group dari Indonesia tercatat sebagai salah satu investor dalam industri pertelevisian. Saat ini kurang lebih ada sekitar 8000-an pabrik di Kota Shenzhen dengan basis industri IT, perhiasan, teh beserta derivatnya, dan lainnya.

Infrastruktur dalam bidang energi dan transportasi di Shenzhen sudah sangat maju. Shenzhen yang telah mencanangkan sebagai ‘Green City’, benar-benar dengan komitmen penuh seluruh ‘stekaholders’ ikut menjalankannya. Energi yang dikembangkan secara besar-besaran adalah energi ramah lingkungan, sehingga sumber energi yang berasal dari matahari (LTS, Listrik Tenaga Surya), angin, mikro hidro dan lainnya banyak dikembangkan.

Koh Asiang yang jadi pemandu kami bilang, di Schenzhen udaranya bersih, nggak seperti di Jakarta atau Hongkong. Sebab di sini, kendaraan bermotor memakai tenaga listrik. "Kagak ada polusi udara dan polusi bunyi, juga nggak ada polisi yang mengawasi, semua berjalan serba teratur," kata Asiang yang asli Schenzhen tapi pandai berbahasa Indonesia.

Ada satu ruas jalan dengan panjang 4 km-an yaitu Jalan Shen Nan di pusat Kota Shenzhen yang dipenuhi oleh gedung gedung bertingkat, di mana hampir seluruh kebutuhan energinya disuplay oleh tenaga matahari. Taksi dan bus-bus umum juga banyak yang menggunakan energi listrik. Taksi yang menggunakan daya listrik ini dengan ciri warna biru dan bertuliskan ‘e-taxi’. Listrik untuk memutar mesin kendaran tersebut apabila di charger selama satu jam, itu dapat digunakan untuk berjalan sejauh 300 km.

Kendaran umum di kota Shenzhen hanya berumur 3 tahun, sedangkan kendaraan pribadi dapat berusia maksimal 8 tahun. Motor atau kendaraan roda dua, oleh pemerintah dengan tegas telah melarangnya untuk berlalu-lalang di jalan raya sejak 1996. Pelarangan itu dengan alasan kuat karena berkaitan dengan polusi yang dihasilkannya, mengakibatkan banyak kecelakaan, dan banyak digunakan untuk tindak kejahatan.

Saat ini motor listrik yang masih boleh dijalankan, itupun di ruas jalan raya secara terbatas. Walaupun jalan raya di Kota Shenzhen lebar-lebar atau setidaknya ada 4 lajur,  dan tidak ada yang mengalami kemacetan sama sekali, namun masyarakatnya lebih dari 80% menggunakan fasilitas transportasi umum, utamanya subway/metro, bus umum, dan taxi, untuk menunjang
aktivitas hariannya. Transportasi umum terutama subway, banyak digunakan masyarakat, karena faktor; kenyamanan, keamanan, tepat waktu, efisien, dan murah. Untuk diketahui harga BBM di Shenzhen pada Maret 2012 adalah 10,5 RMB atau setara Rp 16 250,-. Pemerintah Kota
Shenzhen dengan upaya diversifikasi energi dari energi fosil ke sumber energi alternatif lainnya, setidaknya dapat menghemat 30 juta RMB/tahun. RMB=Yuan, 1 RMB= Rp 1500).

Soal persampahan-pun dan sanitasi lainnya, benar-benar diatur secara sempurna. Sulit menemui selembar sampah saja di pinggir jalan. Pemerintah menindak tegas dengan denda besar bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan.

Jalan-jalan di Kota Shenzhen sangat nyaman selain tidak ada sampah seperti yang saya ceritakan tadi, juga pedestrian-nya lebar-lebar sekali, sangat memanjakan para pejalan kaki. Ada satu hal lagi yang menjadikan kunjungan ke Shenzhen begitu nyaman, adalah tidak
ditemuinya pedagang kaki lima, pengamen, peminta-minta, dan penyandang masalah sosial lainnya. Jangankan pengamen dan lainnya, melihat orang yang nongkrong-nongkrong yang tidak jelas keperluannya, itu tidak ada sama sekali. Orang-orang tidak beredar di jalanan tetapi
mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Masyarakat masing-masing mendapat jaminan asuransi kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Bahkan kaum difabel dapat tunjangan 1500 RMB/bulan atau setara Rp 2.250.000,- per bulan. Usia pensiun untuk laki-laki 65 tahun dan untuk perempuan 60 tahun.

Kota Shenzhen adalah contoh perencanaan kota yang ideal. Dari penduduknya pada tahun 1979 hanya 30 rb jiwa dan sekarang tahun 2012 sudah mencapai 12 juta jiwa. Dengan income per capita 13.581 $US, pertumbuhan ekonominya yang sangat fantastis yaitu 25,8% pada tahun 2011, sementara China secara keseluruhan adalah 9,8%. Kota Shenzhen adalah salah satu dari 4 kota lainnya seperti Beijing, Guangzho, dan Shanghai. China sendiri kini adalah kampium ekonomi dunia dengan menjadi no 2 di dunia setelah Amerika Serikat dan mengalahkan Jepang serta negara-negara Eropa.

Yang menarik dari tata kota Shenzhen adalah pengelompokan bangunannya, di sini ada Zona Perdagangan Bebas Shenzhen ( Shenzhen Free Trade Zone) dan Kawasan Industri Teknologi Tinggi ( Shenzhen High-Tech Industrial Park). Perguruan Tinggi pun terkumpul dalam satu
kawasan besar. Sebanyak 8 (delapan) perguruan tinggi terkumpul di kawasan ini, sehingga mereka bisa saling berbagi dalam penyediaan fasilitas mahasiswa seperti kolam renang, aula, gedung olah raga, asrama mahasiswa, taman dll. Sekali lagi lingkungan asri menghiasi kawasan ini, taman tertata rapi dilengkapi dengan danau yang banyak sekali ikanya. Kawasan ini mudah dijangkau karena adanya bus kampus dan stasiun kereta bawah tanah (dalam penyelesaian).

Jika ingin mencari barang-barang elektronik di Shenzhen Hua Qiang Bei lah tempatnya. Di kawasan ini tersedia dari spare part hingga produk jadi, seperti komputer, laptop, hand phone, digital camera dan banyak lagi sampai produk elektronik yang aneh-aneh, seperti lampu senter dengan solar cell, ballpoint berkamera, alat pendengar suara jarak jauh dilengkapi teropong, dan sebagainya. Barang palsu pun banyak sekali dijual di sini, seperti jiplakan, laptop, black berry, HP dari merk ternama dengan harga bisa seperlima dari barang aslinya! Soal garansi, sipenjual memberikan kartu nama (dalam tulisan cina tentu saja) dan mengatakan kalau ada masalah hubungi saja ini, hehehe...

Shenzhen sudah senja ketika kami menyelesaikan perjalanan mengelilingi kota ini. Di bagian imigrasi stasiun kereta api yang hendak membawa kami ke Hongkong, saya sempat tertahan. Sebab, nama saya ternyata baru disusulkan mendapatkan visa bersama beberapa kawan lainnya. Terpaksalah saya harus menunggu Koh Asiang yang entah di mana rimbanya. Sejam kemudian, Koh Asiang muncul bersama kawan-kawan yang namanya tercantum di dalam visa susulan.

Soal visa susulan ini, Koh Asiang memang jagonya. Sebab, selain menjadi pelanggan sebagai pemimpin tur orang-orang Indonesia, Asiang juga sudah sangat dekat dengan para petugas Imigrasi di kota Shenzhen.

Shenzhen kami tinggalkan, sejam kemudian kami sampai di Hongkong. Kantuk sudah menyerang kembali, tapi sebuah panggilan telepon kamar hotel meminta saya untuk turun ke ruang restoran. Tidak untuk makan malam, tapi untuk memperbincangkan rencana esok hari.

@jodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com