Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Puasa Selama 19 Jam

Kompas.com - 26/07/2013, 11:53 WIB

Estimasi relatif

Mari fokuskan ke kawasan sub tropis, misalnya Liverpool yang berada di garis lintang 53,4 LU. Liverpool memiliki panjang siang dengan variasi cukup besar mulai dari sependek 7,6 jam (Desember) hingga sepanjang 17,2 jam (Juni). Bandingkan dengan Jakarta yang variasinya hanya berkisar antara 11,8 jam (Juni)  hingga 12,6 jam (Desember) saja.

Selain variasi panjang siang yang besar, Liverpool juga mengalami fenomena unik lainnya yakni menghilangnya awal waktu Isya dan Shubuh sejak akhir Mei sampai pertengahan Juli. Saat itu,  langit Liverpool tetap bergelimang cahaya sepanjang malam sejak Matahari terbenam hingga akhirnya terbit kembali keesokan paginya. Maka, jika mengandalkan posisi Matahari senyata bagi langit Liverpool, waktu Isya dan Shubuh tak terdefinisi sehingga akibatnya durasi puasa turut menghilang. Ini tidaklah dikehendaki mengingat waktu-waktu shalat tetap selalu di manapun kita berada.  

Ada sejumlah pendekatan dan usulan guna mengatasi persoalan ini. Mlai pendapat mayoritas yang menyarankan untuk mengacu pada daerah lain dalam satu garis bujur yang sama namun jauh di selatan sehingga masih memiliki waktu Isya dan Shubuh aktual. Ada pula yang menyarankan untuk menggunakan waktu Isya dan Shubuh di kota suci Mekkah, meski pendapat ini hanyalah minoritas.

Yang termutakhir adalah keputusan bersama Komisi Fatwa MWL (Moslem World League) dan ICOP (International Crescent Observation Project) tentang waktu-waktu shalat bagi daerah lintang tinggi khususnya yang terletak di antara garis lintang 48,6 hingga 66,6 baik di belahan Bumi utara maupun selatan.

Keputusan tersebut lahir setelah melewati empat rangkaian pembahasan berturut-turut pada 2008-2009 di Riyadh dan Makkah (Saudi Arabia) serta Brussels (Belgia).

Keputusan bersama tersebut menyarankan metode estimasi lokal relatif bagi daerah-daerah yang secara aktual kehilangan waktu-waktu Isya dan Shubuh. Dalam metode ini, panjang malam, yakni selisih waktu antara terbenamnya Matahari hingga terbit kembali keesokan paginya, sepanjang setahun Masehi (Tarikh Umum) perlu diketahui.

Demikian halnya panjang Isya (selisih waktu antara awal Isya dan terbenamnya Matahari) serta panjang Shubuh (selisih waktu antara awal Shubuh dan terbitnya Matahari) untuk kurun waktu yang sama. Dengan mengecualikan hari-hari dimana waktu Isya menghilang, maka fraksi panjang Isya (yakni panjang Isya  dibagi panjang malam) perlu diketahui setiap hari untuk kemudian dicari rata-ratanya dalam setahun.

Waktu Isya aktual yang hilang, kemudian digantikan oleh waktu Isya estimatif dalam bentuk fraksi rata-rata panjang Isya’ dikalikan panjang malam hari itu lalu ditambahkan waktu terbenamnya Matahari. Hal serupa juga berlaku bagi waktu Shubuh aktual yang hilang dengan sedikit penyesuaian.

Metode inilah yang kini diadopsi oleh komunitas-komunitas Muslim di Eropa khususnya di bagian utara. Termasuk di Liverpool. Maka lima hari pertama Ramadhan 1434 H bagi Liverpool, yang sebenarnya tak terdefinisi karena hilangnya waktu Isya’ dan Shubuh, tetap memiliki jadwal imsakiyah dan durasi puasanya sendiri.

* Muh Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com