Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Bom Poso Diketahui

Kompas.com - 07/06/2013, 02:46 WIB

Pelaku diduga akan meledakkan bom di tengah polisi yang sedang melakukan apel pagi. Namun, saat itu Kepala Polres Poso memindahkan apel pagi di halaman belakang markas. Karena gugup dan tidak melihat apel pagi di halaman depan, diduga pelaku akhirnya meledakkan bom di dekat Masjid At-Taqwa, di bagian kanan depan Polres Poso.

Bupati Poso Piet Inkiriwang mendesak aparat keamanan untuk segera menuntaskan kasus kekerasan di Poso yang beberapa saat ini terus terjadi. ”Saya sungguh berharap kasus ini bisa diungkap dan dituntaskan. Saya berharap, setelah peristiwa ini tidak ada lagi kekerasan dan darah menetes di Poso. Sudah terlalu banyak peristiwa, dan warga dirugikan,” katanya.

Bom Lumajang

Dari Jawa Timur, Kamis, dilaporkan, polisi mendalami ledakan bom di Senduro, Kabupaten Lumajang, Sabtu lalu. Penyidikan difokuskan untuk mengungkap apakah kasus itu terkait dengan terorisme.

”Kami didukung Polda Jatim dan Mabes Polri. Seluruh barang bukti masih diteliti di Pusat Laboratorium Forensik Surabaya,” ujar Kepala Polres Lumajang Ajun Komisaris Besar Susanto, Kamis, di Lumajang.

Ledakan bom pada Sabtu itu terjadi di kantor PT Arifin Sidayu. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Polisi mengamankan FI (23), karyawan PT Arifin Sidayu dan pemilik bom berdaya ledak rendah itu. FI mengalami luka ringan akibat ledakan. Polisi hanya memiliki satu saksi atas kejadian itu, yaitu FI. FI juga sudah ditetapkan sebagai tersangka. Rekan kerja FI diduga melarikan diri. ”Kami masih menelusuri antara pernyataan tersangka dan bukti yang kami temukan,” ujar Susanto.

Polisi menemukan bom rakitan milik FI berbeda dengan jenis bom ikan biasa. Dalam bom itu terdapat beberapa material, termasuk paku, dan dikemas dalam logam. ”Tersangka mengatakan berniat mengebom kantor polisi di Lumajang dan Jember. Namun, itu semua masih terus diselidiki,” ujar Susanto.

Menurut Susanto, FI belajar membuat bom dari internet. Ia juga menjual bom rakitannya melalui internet. Dalam akun media sosial, ia menggunakan nama salah seorang buron yang terkait aksi kekerasan dan terorisme di Poso.

Di Jakarta, Rabu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar menjelaskan, FI mendapatkan pesanan untuk membuat 10 bom rakitan. Pesanan tersebut diduga terkait dengan rencana aksi terorisme.

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Polres Lumajang juga masih mendalami transaksi elektronik yang digunakan FI, termasuk pihak yang berkomunikasi dengannya lewat media sosial. ”Menurut tersangka, dia membuat bom karena ada pesanan,” kata Boy. Harga bom rakitan itu Rp 800.000 per unit. Polisi belum memastikan apakah pesanan bom itu sudah dibuat atau belum.

Boy menambahkan, saat penggeledahan di rumah orangtua FI di Lumajang, polisi menemukan barang bukti berupa satu kantong black powder seberat 0,75 kilogram, sejumlah selongsong amunisi, seperangkat VCB, dan satu kantong pupuk gulacid.

Sementara itu, keluarga dan pengacara tersangka berharap kasus FI tidak dipolitisasi. ”FI hanya membuat bom ikan, seperti kebiasaannya mencari ikan di sungai di depan rumah. Polisi jangan mengembangkan dikaitkan dengan hal lain,” ujar Irfan Choiri, pengacara sekaligus paman FI. (REN/DIA/UTI/FER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com