Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Makin Dibutuhkan Bangsa Ini

Kompas.com - 02/06/2013, 07:04 WIB

”Pancasila semakin hilang dalam kosakata politik Indonesia,” kata Todung. Padahal, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negaralah yang menyatukan bangsa Indonesia.

Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Letnan Jenderal (Purn) Soeyono dan Sekretaris Jenderal MKGR Krissantono dalam suatu dialog mengatakan, makna Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara telah direduksi. Pancasila tidak lagi dianggap fondasi atau dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi pilar-pilar. Pancasila seharusnya harus tetap dipertahankan sebagai ideologi dan fondasi atau dasar dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan ketahanan nasional.

Karena itu, dalam peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar Gerakan Pemantapan Pancasila dengan menghadirkan Benny Hoed (Universitas Indonesia), Benny Susetyo (Konferensi Waligereja Indonesia), Siti Zuhro (LIPI), dan Anies Baswedan (Universitas Paramadina), perlu kembali dibangun ingatan kolektif tentang Pancasila sebagai ideologi bangsa. Namun, dibutuhkan perspektif baru dalam upaya mengekspresikan Pancasila. Masih banyak pihak yang memiliki jiwa Pancasila.

Bagi Megawati, Pancasila harus menjadi fondasi dalam pengelolaan ketatanegaraan oleh penyelenggara negara. Dalam tataran sosial kemasyarakatan, Pancasila menjadi pegangan demi terciptanya harmonisasi antarsesama anak bangsa. Pancasila menjamin pluralisme. Selain menjadi pedoman Indonesia, Pancasila juga memberikan sumbangan besar bagi dunia.

Ia pun mengingatkan, kegagalan pemerintah dalam mengelola kebinekaan dapat menyebabkan kebangkrutan politik berupa bubarnya negara dan hancurnya kemanusiaan yang merupakan nilai etis tertinggi yang harus dicapai pada setiap peradaban.

Situs Bung Karno

Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende ini terasa istimewa karena juga ditandai dengan peresmian Monumen Bung Karno di Taman Rendo serta situs rumah pengasingan Bung Karno pada 1934-1938. Revitalisasi dua situs itu ditangani Yayasan Ende Flores yang digagas Boediono. Revitalisasi situs menelan dana Rp 9,5 miliar, bantuan dari sejumlah donatur. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga tengah merevitalisasi delapan obyek lain di Ende, yang ditargetkan selesai pada akhir 2014. Alokasi anggaran mencapai Rp 44,5 miliar.

Menurut Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, peresmian situs itu semakin meneguhkan Ende sebagai rahim Pancasila. Hal ini mengingat di tempat itulah Bung Karno menggali nilai-nilai Pancasila. ”Momentum ini memberikan pengakuan, Ende memberikan kontribusi besar bagi persatuan Indonesia,” katanya.

(why/inu/osd/k07/ fer/rwn/edn)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com