Menurut Pol-Tracking Institute, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) unggul di semua kriteria riset calon presiden alternatif. Sembilan figur lain yang terseleksi adalah Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, mantan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, mantan Gubernur Sumatera Barat dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, Bupati Kutai Timur Isran Noor, dan Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidayat.
Dari 10 aspek yang dinilai, Jokowi unggul dibandingkan figur lain. Sementara Tri selalu berada di bawah Jokowi. Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR dalam paparan hasil riset mengatakan, riset bertujuan memberikan referensi kepada publik parpol dalam penjajakan kandidat presiden dan wakil presiden. Riset sengaja memunculkan figur yang merupakan kepala daerah dan dinilai sukses sehingga bisa dipromosikan dalam kontestasi nasional.
”Dalam aspek integritas, Jokowi meraih skor 83,02, jauh mengungguli figur lain. Kemudian disusul Tri (78,57), Herry (71,12), dan Gamawan (69,66). Figur dengan bobot skor teratas mendapatkan penghargaan sebagai kepala daerah antikorupsi dan daerahnya minim korupsi dibanding daerah lain,” kata Hanta.
Pakar hukum tata negara Irman Putra Sidin dan Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk, yang membahas hasil riset, mengemukakan, belenggu oligarki dan masih bercokolnya sistem dinasti kekuasaan membuat calon presiden alternatif sulit muncul. Publik harus memaksa parpol untuk membawa perubahan.
Sementara itu, Lembaga Survei Nasional (LSN) menunjukkan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto adalah tokoh parpol yang paling banyak dipilih pemilih pemula sebagai calon presiden dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Aburizal dinilai sudah kaya sehingga tidak memiliki agenda melakukan korupsi.
Hasil survei mengenai perilaku pemilih pemula (voting behavior) dilakukan pada 1-7 April 2013. Menurut peneliti utama LSN, Gema Nusantara, Aburizal mendapat 18,6 persen, Wiranto 16,3 persen, Megawati Soekarnoputri 13,9 persen, Prabowo Subianto 12,5 persen, Hatta Rajasa 5,3 persen, dan Surya Paloh 5,3 persen.
Di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Jakarta, kemarin, berlangsung deklarasi menolak politisi bermasalah.