Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN dan Gerindra Tak Gunakan Istilah "Hamba Allah"

Kompas.com - 16/04/2013, 18:05 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan PDI Perjuangan menjadi tiga partai yang memiliki indeks transparansi pendanaan partai politik tertinggi berdasarkan survei yang dilakukan Transparency International Indonesia (TII). Namun, hanya Gerindra dan PAN yang tak mengenal istilah "hamba Allah" dalam daftar identitas pemberi sumbangan dalam partai itu.

"Kita nanti bisa cek bersama, bagaimana PAN dan Gerindra melakukan publikasi identitas penyumbangnya dan kita bisa lihat hamba Allah mulai tidak ada. Jadi nama dan jumlahnya cukup jelas," ujar peneliti TII Putut Aryo Saputro dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Selasa (16/4/2013).

Putut mengatakan, kedua partai itu mencantumkan secara jelas para penyumbang dana bagi partainya. Paling banyak yang menyumbang yakni para kader yang menjadi anggota legislatif. "Makanya skornya sangat tinggi. Kami dorong (parpol) membuka identitas penyumbang, dan pembelanjaannya," ujar dia.

Bendahara Umum Partai Gerindra Thomas Djiwandono mengatakan, partainya sama sekali tidak mengenal istilah "hamba Allah" dalam menuliskan identitas penyumbang. Pasalnya, kata Thomas, semua alur pemasukan, mulai dari iuran hingga sumbangan, dilakukan melalui rekening. "Sehingga terlihat jelas siapa yang menyumbang," ucapnya.

Melalui mekanisme itu, Thomas juga memastikan pendanaan partainya tidak akan terkontaminasi dengan upaya pencucian uang. Thomas yakin dengan sistem transaksi secara perbankan maka akan mudah ditelusuri jika ternyata ditemukan sumber-sumber dana yang tidak wajar.

"Menurut saya, hal tersebut tidak akan terjadi di partai kita. Apalagi Pak Prabowo sudah meminta adanya keterbukaan soal pendanaan dan perbendaharaan," kata Thomas.

Hasil Survei TII

Seperti diketahui, TII melakukan survei terkait dengan transparansi pendanaan partai politik. Dari sembilan parpol yang disurvei, Partai Gerindra, PAN, PDI Perjuangan, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa yang mendapat nilai indeks transparansi yang cukup tinggi.

Indeks transparansi tertinggi diraih oleh Partai Gerindra dengan nilai total 3,74. Setelah Gerindra, PAN dengan indeks transparansi 3,64; PDI Perjuangan (3,10); Partai Hanura (2,41); dan PKB (2,31).

Indeks transparansi ini dilihat dari tiga kategori pertanyaan terkait informasi yang wajib tersedia, informasi yang wajib dipublikasikan, dan informasi yang wajib dilaporkan kepada pemerintah. Kategori informasi yang wajib tersedia mencakup buku laporan keuangan tahunan partai politik, buku laporan keuangan partai lima tahun terakhir, buku laporan keuangan kampanye legislatif tahun 2009, buku laporan keuangan kampanye 2004, identitas penyumbang, catatan terhadap semua penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik.

Selain itu, laporan tentang aset partai, buku laporan yang ditandatangani bendahara atau eksekutif partai politik, anggaran dasar partai politik yang mencantuman pengaturan keuangan partai, anggaran dasar mencantumkan batasan maksimum sumbangan, larangan menerima sumbangan seperti dalam undang-undang, rekening kas umum partai politik dan rekening khusus dana kampanye.

Sementara kategori informasi yang wajib dipublikasikan yakni laporan keuangan tahunan, lappran realisasi anggaran partai, laporan neraca, laporan arus kas, jumlah dana yang diperoleh dari APBN, alokasi dana yang diperoleh dari APBN, informasi media yang dipakai untuk mengumumkan laporan tahunan, dan informasi akuntan publik yang ditunjuk untuk melaukan proses audit secara berkala.

Sedangkan informasi yang wajib dilaporkan kepada pemerintah yakni mencakup laporan tahunan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber APBN/APBD yang telah diperiksa BPK, informasi pengalokasian pendanaan parpol yang bersumber dari item dana sosial dan hibah, rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik, dan laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran sebelumnya.

Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan acuan kuesioner yang didukung dalam wawancara mendalam dengan informan kunci dari partai politik di tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) pada bulan Juni 2012 hingga April 2013. Informan utama dalam penelitian ini yakni bendahara umum setiap partai politik atau yang mewakilinya dengan catatan menguasai seluk-beluk pendanaan partai dan dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap data yang diberikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Nasional
    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Nasional
    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com