Jakarta, Kompas
”Semua maskapai menjalani audit secara rutin setiap dua tahun sekali, tetapi Lion Air akan diaudit khusus karena ada kecelakaan,” kata Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Senin (15/4), di Jakarta. Audit khusus itu akan dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Mangindaan mengatakan, langkah pertama yang dilakukan pemerintah sebelum audit khusus itu adalah memberhentikan sementara (
Menurut Mangindaan, dari audit khusus itu akan terungkap apakah Lion Air sudah mengelola maskapainya dengan baik atau tidak. Hal itu karena Lion Air saat ini terus berekspansi dengan menambah ratusan pesawat dan harus dipastikan bahwa sumber daya manusia di dalamnya memadai. Saat ini, Lion Air memiliki 781 pilot dan 83 pesawat.
Mangindaan mengakui bahwa saat ini industri penerbangan di Indonesia membutuhkan banyak pilot. ”Setiap tahun dibutuhkan sekitar 800 pilot, tetapi baru tersedia 500 pilot. Maka, kami juga membuka seluas-luasnya perekrutan pilot melalui sekolah penerbangan,” katanya.
Mangindaan mengakui ada kelemahan terutama dari segi kualitas pilot. Kemenhub pun selama ini sering mengadakan tes kesehatan dan narkoba terhadap para pilot sebagai antisipasi menghadapi perkembangan industri penerbangan yang kian pesat.
Pengamat penerbangan Chappy Hakim mendesak agar Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub mengaudit jam terbang para pilot di Indonesia. ”Dengan keadaan begitu banyak jumlah pesawat, dan keterbatasan jumlah pilot, saya menduga terjadi banyak kelebihan jam terbang,” ujarnya.
Chappy mengatakan, dalam satu bulan, jam terbang pilot seharusnya tidak melebihi 105 jam, atau 1.050 jam dalam setahun. ”Namun apakah dipatuhi? Dipekerjakannya pilot asing juga harus diwaspadai apakah mereka benar-benar berkualitas,” kata Chappy, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara.
Sementara itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyatakan, maskapainya memastikan pelatihan yang serius bagi pilot dan awak pesawatnya. ”Pilot Lion Air Captain Mahlup Ghozali, misalnya, telah mengantongi 10.000 jam terbang. Jelas dia sangat senior,” ujar Edward.
Kopilot Chirag Calra, kata Edward, juga tercatat mengantongi 2.000 jam terbang. ”Kami memastikan semua pilot dan kopilot kami dilatih dan berkompeten,” ujarnya.
Edward menambahkan, meskipun Lion Air mempekerjakan pilot asing, yang umumnya justru jam terbangnya rendah, mereka tetap disaring dengan standar tinggi.
Dari Bali dilaporkan, Tim Pusat Operasi Darurat (Emergency Operation Center/EOC) berhasil mengeluarkan kotak perekam suara kokpit atau
Pada pengangkatan CVR, petugas kesulitan mengambil dan harus menyelam. Penyelam, Letnan Satu Rendy Daniel dari Detasemen Zeni Tempur Gianyar, Bali, mengakui sulit dan hampir kehabisan oksigen.
Sebelumnya, kotak perekam data penerbangan (
”Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu terangkatnya kedua kotak penting untuk penyelidikan (penyebab kecelakaan),” kata Kepala Subkomunikasi Peneliti Kecelakaan Transportasi KNKT Masruri di Ruang EOC, Ngurah Rai. Setelah berhasil mengangkat CVR, Tim EOC akan mengupayakan memindahkan badan pesawat.
Terkait pelayanan konsumen, Ni Luh Sukerti, adik Ketut Manis, yang menjadi korban luka berat di bagian leher, mengaku belum ada kejelasan soal pembiayaan korban. ”Sampai saat ini belum ada meski kami sudah dikunjungi staf Lion Air,” kata Sukerti.
Direktur Pelayanan Lion Air Captain Daniel Putut Kuncoro berjanji akan mengganti kerugian meski belum ada nilai nominalnya. Daniel juga menjanjikan Lion Air akan mengupayakan pengangkatan bagasi.