Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas untuk Domestik Naik

Kompas.com - 16/04/2013, 03:11 WIB

Jakarta, Kompas - Pasokan gas untuk keperluan domestik meningkat. PT Pupuk Kaltim akan mendapat pasokan gas 100 juta standar kaki kubik per hari dari Lapangan Ruby, Blok Sebuku. Pasokan gas dari blok minyak dan gas bumi itu direncanakan mulai terealisasi pada Oktober 2013.

Kepala Divisi Manajemen Proyek dan Pemeliharaan Fasilitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono, Senin (15/4), di Jakarta, menjelaskan, Lapangan Ruby, Blok Sebuku, berlokasi di laut antara Kalimantan dengan Sulawesi.

Seluruh hasil produksi dari lapangan yang dioperatori Pearl Oil (Sebuku) Ltd itu untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. ”Saat ini proses pengembangan proyek sudah lebih dari 83 persen,” kata Rudianto.

Salah satu tahap lanjut yang telah dicapai adalah terlaksananya pemindahan jaket anjungan kepala sumur (wellhead platform jacket) dari pabrik ke kapal dan diangkut ke lapangan pada pertengahan Maret lalu. Pekerjaan ini lebih cepat dari yang direncanakan. Saat ini dilakukan pemindahan jaket anjungan pengolahan (process and quarters platform jacket) dari pabrik ke kapal untuk diangkut ke lapangan.

Selanjutnya pembangunan instalasi dilakukan di Lapangan Ruby. Lapangan itu dirancang untuk memproduksikan gas 214 miliar kaki kubik (billion cubic feet/BCF) selama 10 tahun. Laju produksi tertinggi hingga 100 juta standar kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD) diperkirakan berlangsung empat tahun.

Ketahanan pangan

Gas dan kondensat, yang sudah diproses untuk memenuhi spesifikasi penjualan, akan dikirim melalui pipa diameter 14 inci sepanjang 312 kilometer ke Terminal Senipah, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), yang dioperasikan Total E&P Indonesie. Hasil produksi gas itu lalu disalurkan ke PT Pupuk Kaltim melalui jalur pipa sistem gas Kaltim. ”Seluruh gas Lapangan Ruby dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik, yakni pabrik pupuk untuk mendukung ketahanan pangan,” ujar Rudianto.

Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widhyawan Prawiraatmadja menjelaskan, pemanfaatan gas bumi di Indonesia tahun 2012 adalah 3.550 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/BBTUD) atau 49 persen untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sisanya, sebanyak 3.631 miliar BBTUD (51 persen) diekspor sesuai kontrak.

Dari total volume gas yang dialokasikan untuk domestik, 949 BBTUD (27 persen) digunakan untuk pembangkit listrik, 33 persen untuk industri, 19 persen untuk pupuk, dan 10 persen untuk kegiatan produksi minyak. Alokasi gas untuk elpiji domestik sekitar 8 persen dari total volume gas untuk domestik.

Widhyawan dalam paparannya menambahkan, dalam delapan tahun terakhir, penyaluran gas ke domestik meningkat lebih dari 250 persen. Jika pada 2003 realisasi penyaluran gas untuk domestik 1.480 BBTUD, maka pada 2012 realisasinya mencapai 3.550 BBTUD. Untuk tahun 2013, realisasi penyaluran gas untuk domestik diperkirakan mencapai 3.391 BBTUD, sedangkan untuk diekspor turun menjadi 3.479 BBTUD.

Pada tahun 2014, SKK Migas memperkirakan volume penyaluran gas untuk dalam negeri naik menjadi 4.560 BBTUD, sedangkan untuk ekspor sebanyak 3.850 BBTUD. Dalam pengembangan lapangan gas, SKK Migas harus memperhatikan keekonomian proyek dan profil harga, kemudian baru menetapkan alokasi gas tersebut.

Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, beberapa waktu lalu, menyatakan, SKK Migas siap menambah pasokan gas untuk dalam negeri, tetapi hal itu juga dipengaruhi ketersediaan infrastruktur gas dan konsumen gas tersebut. (EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com