Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPP Ingatkan Kejayaan Masa Lalu

Kompas.com - 10/04/2013, 02:09 WIB

Bangkalan, Kompas - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali mengobarkan semangat juang kadernya dengan menceritakan kebesaran masa lalu dan bermimpi kembali memiliki pemimpin bangsa dari kadernya pada Pemilu 2014, seperti Hamzah Haz yang jadi Wakil Presiden.

Kebesaran PPP disampaikan di Kompleks Syaikhona Kholil, Bangkalan, Madura, Selasa (9/4). Kompleks ini dipilih sebagai lokasi puncak peringatan Hari Lahir Ke-40 PPP karena Kiai Syaikhona Kholil merupakan guru dari segala guru ulama besar di Indonesia. Pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari, dan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, adalah muridnya.

PPP ingin menyampaikan pesan, PPP merupakan ”rumah besar bagi umat Islam”. ”Memang sengaja dipilih di Bangkalan, bukan di pusat kota atau di hotel mewah, untuk menunjukkan kedekatan PPP dengan rakyat,” ujar Suryadharma, yang hadir bersama rombongan dengan lebih dari 10 Toyota Alphard.

Sebelumnya, Suryadharma mengumumkan pendirian Paguyuban Petani Penyanggah Ketahanan Pangan Indonesia dan mendesak dihentikannya impor pangan. Ia juga menyerukan agar subsidi bahan bakar minyak hanya untuk sepeda motor dan angkutan umum.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam Dialog Kemajemukan Bangsa dengan para tokoh agama dan masyarakat di Manado, Sulawesi Utara, mengatakan, kemajemukan di Indonesia tak konkret. Banyak orang, termasuk pemerintah, berbicara kemajemukan bangsa, tetapi kenyataannya tak terpelihara di banyak wilayah.

Dialog Kemajemukan Bangsa melibatkan 200 tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda Sulawesi Utara. Sebagian peserta mempertanyakan penyegelan rumah ibadah dan aksi anarkis terhadap minoritas.

”Kita punya Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila, tetapi masih mendengar berita penindasan kaum minoritas. Kemajemukan harus jadi harga mati bangsa ini untuk maju,” katanya.

Menurut Paloh, pemerintah yang memiliki otoritas mengelola negara semestinya berdiri di depan untuk memelihara perbedaan. Akan tetapi, pemilik otoritas justru diam saat terjadi sejumlah konflik horizontal di masyarakat.

Karena itu, Paloh mengatakan akan membelah kemajemukan seumur hidupnya. (ryo/zal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com