Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejujuran Itu Patut Diapresiasi

Kompas.com - 06/04/2013, 09:11 WIB

James Luhulima

Seperti dugaan semula, gerombolan orang tidak dikenal bersenjata lengkap yang menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB, Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 23 Maret dini hari, adalah oknum Komando Pasukan Khusus TNI AD, tepatnya oknum Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura.

Kepastian bahwa pelaku penyerbuan ke LP Cebongan adalah oknum Kopassus itu diungkapkan Ketua Tim Investigasi TNI AD Brigadir Jenderal Unggul K Yudhoyono, Kamis (4/4). Dalam jumpa pers di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Brigjen Unggul, yang juga Wakil Komandan Pusat Polisi Militer TNI AD, mengungkapkan, ada 11 anggota Kopassus yang menyerbu LP Cebongan, terdiri dari 1 anggota (berinisial U) yang bertindak sebagai eksekutor, 8 anggota pendukung, dan 2 anggota yang berusaha mencegah. Dari 11 anggota Kopassus itu, sebanyak 3 anggota datang dari tempat latihan di Gunung Lawu. Mereka membawa 6 pucuk senjata, yakni 3 AK-47, 2 replika AK-47, dan 1 replika pistol SIG Sauer.

Mereka datang dengan dua kendaraan, yakni satu Toyota Avanza biru dan satu Suzuki APV hitam. Satu kendaraan lagi, Daihatsu Feroza, berusaha mencegah penyerbuan tersebut.

Kejujuran TNI AD untuk mengungkapkan ada anggotanya yang terlibat penyerangan LP Cebongan patut diapresiasi, mengingat sebelumnya banyak yang meragukan TNI AD akan mengakui keterlibatan anggotanya.

Kini, kita tinggal menunggu proses hukum yang akan dikenakan kepada para pelaku. Brigjen Unggul mengatakan, 9 oknum Kopassus yang terkait dengan penyerbuan LP Cebongan akan menjalani peradilan militer. ”TNI AD akan menjunjung tinggi hukum. Siapa yang salah harus dihukum dan siapa yang benar harus dibela,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad, yang mendampingi Brigjen Unggul.

Kita berharap pelaku mendapatkan hukuman yang berat sehingga peristiwa serupa tidak terulang dalam waktu-waktu mendatang. Sangat sulit membayangkan anggota TNI AD yang memiliki disiplin yang ketat dapat melakukan penyerbuan seperti itu. Apa pun alasannya.

Menyerbu LP Cebongan

Pada tanggal 23 Maret dini hari lalu, segerombolan orang tidak dikenal bersenjata lengkap menyerbu LP Cebongan. Empat tahanan titipan polisi tewas ditembak di selnya. Keempat korban tewas yang ditembak di hadapan 31 tahanan di ruang Nomor 5 Blok Anggrek itu adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Yuan Manbait. Keempatnya tercatat sebagai desertir anggota kesatuan Kepolisian Resor Kota Besar Yogyakarta.

Empat hari sebelumnya, keempat tahanan yang berasal dari Nusa Tenggara itu terlibat dalam kasus pembunuhan sadis terhadap Sersan Satu Santoso, anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura.

Kepala LP Kelas II Cebongan, Sleman, Sukamto Harto mengisahkan, gerombolan penyerbu berjumlah 17 orang membawa persenjataan lengkap, senjata api laras panjang, pistol, dan granat. Mereka memakai pakaian sipil dan sebagian besar memakai penutup muka. Empat orang yang mengetuk pintu masuk LP tidak memakai penutup muka.

Kepada sipir di pintu utama, mereka mengaku dari Kepolisian Daerah DI Yogyakarta. Mereka mengatakan ingin membawa empat tersangka kasus pembunuhan Sersan Satu Santoso di Hugo’s Café, 19 Maret 2013 pukul 02.45.

Menurut Sukamto, permintaan mereka ditolak. Namun, mereka mengancam hendak meledakkan LP dengan granat jika pintu tidak dibuka. Sipir kemudian membukakan pintu, dan mereka memaksa sipir untuk menunjukkan keempat tahanan yang mereka cari.

Di Blok Anggrek, gerombolan itu langsung menembak keempat tersangka di hadapan 31 tahanan lain. Setelah itu, gerombolan bersenjata tersebut mengambil alat perekam kamera pemantau (CCTV) dan pergi. Aksi penyerbuan itu berlangsung sekitar 15 menit.

Secara cepat diambil kesimpulan bahwa gerombolan penyerbu itu adalah anggota Kopassus, rekan-rekan Sersan Satu Santoso yang dibunuh di Hugo’s Café. Namun, Panglima Kodam IV/ Diponegoro Mayor Jenderal Hardiono Saroso membantah bahwa penembakan dilakukan anggota Kopassus. Sementara Kepala Seksi Intelijen Kopassus Grup 2 Kapten (Inf) Wahyu Yuniartoto juga membantah.

Bantahan tersebut tidak dapat menghapus keyakinan banyak orang bahwa gerombolan bersenjata itu adalah anggota Kopassus. Untunglah, Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo kemudian membentuk tim investigasi internal TNI AD, dengan alasan ada indikasi keterlibatan oknum TNI AD yang bertugas di Jawa Tengah.

Masyarakat berharap peristiwa itu diusut dengan cepat dan tuntas hingga kebenaran terungkap mengingat apa pun alasannya, tindakan yang dilakukan oleh gerombolan bersenjata itu tidak dapat diterima.

Dan, sesuai dengan harapan masyarakat, Tim Investigasi TNI AD pun bekerja dengan cepat. Tujuh hari setelah pembentukannya, tim itu berhasil mengungkap para pelaku penyerbuan ke LP Cebongan.

Untuk menjaga citra dan kewibawaan TNI AD di mata masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, TNI AD tidak mempunyai pilihan lain kecuali dengan cepat mengajukan pelaku ke pengadilan militer. Rasanya TNI AD tidak akan mengalami kesulitan untuk melakukan hal itu mengingat pelaku mengakui perbuatannya, menyadari bahwa perbuatannya salah, dan menyatakan bersedia menanggung apa pun risikonya.

Ikuti berita terkait kasus ini dalam topik:
Anggota Kopassus Serang LP Cebongan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    KPK Sita 13 Lahan Milik Terpidana Korupsi Pengadaan Helikopter AW-101

    KPK Sita 13 Lahan Milik Terpidana Korupsi Pengadaan Helikopter AW-101

    Nasional
    Baleg Bantah Kebut Revisi UU Kementerian Negara hingga UU TNI untuk Kepentingan Pemerintahan Prabowo

    Baleg Bantah Kebut Revisi UU Kementerian Negara hingga UU TNI untuk Kepentingan Pemerintahan Prabowo

    Nasional
    Gerindra Siapkan Keponakan Prabowo Maju Pilkada Jakarta

    Gerindra Siapkan Keponakan Prabowo Maju Pilkada Jakarta

    Nasional
    Demokrat Beri 3 Catatan ke Pemerintah Terkait Program Tapera

    Demokrat Beri 3 Catatan ke Pemerintah Terkait Program Tapera

    Nasional
    PKB Keluarkan Rekomendasi Nama Bakal Calon Gubernur pada Akhir Juli

    PKB Keluarkan Rekomendasi Nama Bakal Calon Gubernur pada Akhir Juli

    Nasional
    PDI-P Hadapi Masa Sulit Dianggap Momen Puan dan Prananda Asah Diri buat Regenerasi

    PDI-P Hadapi Masa Sulit Dianggap Momen Puan dan Prananda Asah Diri buat Regenerasi

    Nasional
    Risma Minta Lansia Penerima Bantuan Renovasi Rumah Tak Ditagih Biaya Listrik

    Risma Minta Lansia Penerima Bantuan Renovasi Rumah Tak Ditagih Biaya Listrik

    Nasional
    Tak Bisa Selamanya Bergantung ke Megawati, PDI-P Mesti Mulai Proses Regenerasi

    Tak Bisa Selamanya Bergantung ke Megawati, PDI-P Mesti Mulai Proses Regenerasi

    Nasional
    Fraksi PDI-P Bakal Komunikasi dengan Fraksi Lain untuk Tolak Revisi UU MK

    Fraksi PDI-P Bakal Komunikasi dengan Fraksi Lain untuk Tolak Revisi UU MK

    Nasional
    Jaksa KPK Hadirkan Sahroni dan Indira Chunda Thita dalam Sidang SYL Pekan Depan

    Jaksa KPK Hadirkan Sahroni dan Indira Chunda Thita dalam Sidang SYL Pekan Depan

    Nasional
    Ketua MPR Setuju Kementerian PUPR Dipisah di Kabinet Prabowo

    Ketua MPR Setuju Kementerian PUPR Dipisah di Kabinet Prabowo

    Nasional
    Baznas Tegas Tolak Donasi Terkoneksi Israel, Dukung Boikot Global

    Baznas Tegas Tolak Donasi Terkoneksi Israel, Dukung Boikot Global

    Nasional
    Kejagung Tegaskan Tak Ada Peningkatan Pengamanan Pasca Kasus Penguntitan Jampidsus

    Kejagung Tegaskan Tak Ada Peningkatan Pengamanan Pasca Kasus Penguntitan Jampidsus

    Nasional
    Ahli Sebut Jaksa Agung Bukan 'Single Persecution' dalam Kasus Korupsi

    Ahli Sebut Jaksa Agung Bukan "Single Persecution" dalam Kasus Korupsi

    Nasional
    Sang Cucu Pernah Beri Pedangdut Nayunda 500 Dollar AS, Sumber Uang dari SYL-Indira Chunda

    Sang Cucu Pernah Beri Pedangdut Nayunda 500 Dollar AS, Sumber Uang dari SYL-Indira Chunda

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com