Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Bayi Pengungsi Tewas

Kompas.com - 22/03/2013, 03:13 WIB

Maumere, Kompas - Seorang lagi pengungsi korban meletusnya Gunung Rokatenda, Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, meninggal, Kamis (21/3), sekitar pukul 02.00 Wita, di Rumah Sakit Umum Daerah TC Hillers Maumere. Korban baru berusia dua minggu, bernama Putra Werang.

Putra, anak pasangan Florianus Werang (24) dan Maria Fatmini Lanu (23), merupakan warga Palue ketiga yang meninggal di pengungsian. Bayi naas ini menderita sakit paru-paru dan infeksi saluran pernapasan akut.

”Ketika dibawa ke rumah sakit, korban (Putra) menderita sesak napas, dan menurut diagnosis dokter, korban menderita paru-paru basah,” kata anggota Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (JPIC) SVD Vande Raring, Kamis, di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.

Dua korban sebelumnya adalah Daniel Ribra Brando, usia 1 tahun 6 bulan, yang meninggal 8 Maret 2013 dan Imelda Tia (48) pada 10 Maret 2013. Korban tinggal bersama orangtuanya di luar lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah setempat, yakni gedung Transito. Kapasitas gedung itu terbatas sehingga hanya menampung 142 orang dari 2.700 warga pengungsi Rokatenda. Mereka mengungsi sejak Oktober 2012 akibat peningkatan aktivitas Gunung Api Rokatenda.

Keluarga Florianus dan Maria tinggal di posko Kecamatan Nelle, sekitar 10 kilometer dari Maumere, dengan jumlah pengungsi sekitar 20 jiwa. Di posko itu, Maria melahirkan Putra. Korban yang tinggal di luar gedung Transito nyaris terabaikan. Makanan dan pelayanan kesehatan sangat jarang diperoleh. Itu sebabnya banyak anak sakit, terutama sesak napas dan demam. Di Maumere ada 24 titik penampungan.

Menurut Vande, banyak pengungsi di penampungan warga kurang istirahat karena tidak mendapat tempat tidur yang layak, tikar, dan selimut. ”Mereka juga sulit mendapat air bersih, bahkan juga kekurangan makanan dan minuman,” ujarnya.

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sikka Eduardus Desa Pante menyatakan, pihaknya tetap memperhatikan pengungsi. ”Pengungsi yang sakit jika berobat ke puskemas atau rumah sakit selalu gratis,” tuturnya.

Kepala Dinas Sosial Sikka Stefanus Nama Keda mengaku telah membangun lima posko pengungsi. Setiap posko menampung 100-200 orang, tetapi pengungsi hanya memilih posko di Transito, sedangkan empat posko lain tidak ditempati sehingga dibongkar pemerintah. ”Selama mereka masih tersebar di rumah-rumah penduduk dengan jumlah 3-10 orang per rumah, kami sulit mendeteksi, apalagi kalau mereka tak lapor,” kata Keda. (SEM/KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com