Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagasan Ekonomi Parpol

Kompas.com - 18/03/2013, 02:26 WIB

Ahmad Erani Yustika

Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan 10 partai politik sebagai peserta Pemilihan Umum 2014. Meski demikian, sampai saat ini masih ada sengketa dari parpol yang tidak lolos pemilu.

Bagi sebagian orang, 10 partai politik (parpol) tersebut dianggap ideal untuk mewakili aspirasi politik rakyat meskipun sebagian khalayak masih menganggap jumlah itu terlalu banyak, dan sebagian lain berpendapat sebaliknya.

Dalam kontestasi demokrasi, ujung dari proses politik pemilu itu adalah kemenangan suara yang diperoleh dari akumulasi produksi gagasan, soliditas organisasi, dan kapasitas modal (untuk kepentingan kampanye, iklan, dan sebagainya). Bagi orang awam, yang terlihat dari aktivitas parpol hingga hari ini sekadar upaya memperkuat soliditas organisasi dan pengumpulan pundi-pundi uang untuk kepentingan pemilu melalui beragam cara. Publik hampir tidak pernah mendengar gagasan yang hendak dijual parpol, khususnya ide terkait pengelolaan ekonomi nasional.

Aspirasi ekonomi

Gagasan ekonomi parpol sangat penting disampaikan secara gamblang karena dua hal pokok. Pertama, meskipun bukan segala-galanya, kehidupan ekonomi merupakan indikator yang paling mudah dirasakan dan diukur karena menyangkut hajat hidup rakyat. Bahkan, bagi sebagian kelompok masyarakat (terutama di pedesaan dan berpendidikan rendah), pembangunan dianggap sebangun dengan capaian ekonomi, khususnya kecukupan pangan dan sandang. Mereka tidak terlalu peduli demokrasi, hak asasi manusia, kepastian hukum, dan isu elitis lainnya.

Kedua, pasca-reformasi ekonomi banyak kalangan melihat ketidakjelasan arah pembangunan ekonomi (bahkan, sebagian ekonom menganggap kompas ekonomi kian menyimpang dari cita-cita konstitusi) dan terjadi pemburukan sistematis atas indikator-indikator ekonomi yang berhubungan dengan kesinambungan kesejahteraan masyarakat, misalnya hancurnya kepemilikan aset produktif dan meningkatnya ketimpangan pendapatan.

Parpol hingga kini tidak pernah menganggap platform ekonomi sebagai hal serius yang mesti diperjuangkan karena berasumsi hal itu tidak terlalu memengaruhi pemilih. Menurut para pengurus parpol, pemilih di Indonesia lebih banyak menentukan preferensi politik atas dasar figur, uang, dan ikatan primordial. Namun, dengan melihat perkembangan ekonomi yang makin mencemaskan dan kesadaran pemilih yang kian melek informasi, dugaan itu tidak selamanya benar.

Kesadaran publik atas kenestapaan ekonomi bangsa kian membuncah sehingga parpol yang memiliki gagasan orisinal untuk menciptakan kejayaan ekonomi bangsa berpotensi dibeli oleh pemilih. Parpol mesti jeli melihat pergeseran ini jika tidak ingin tertinggal dari kereta perubahan, apalagi di saat sebagian warga makin apatis melihat perkembangan parpol. Pada titik ini, gagasan ekonomi parpol menjadi medium transaksi untuk mengikat pemilih dan sekaligus memulihkan kepercayaan terhadap parpol.

Jika melihat sekilas aspirasi ekonomi yang berkembang dari parpol dan pernah menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa, sekurangnya terdapat tiga gagasan yang hidup sampai saat ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com