Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinta Wahid: Jika Yakin Tak Bersalah, Anas Harus Berjuang

Kompas.com - 04/03/2013, 17:56 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Istri presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, menilai mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum memang harus berjuang jika merasa tidak melakukan korupsi proyek Hambalang. Menurut dia, perjuangan tersebut tidak dapat ditafsirkan sebagai langkah politik Anas.

"Saya hanya ingatkan sebagai sesama Islam (ke Anas) ada rasa tawakal, tapi (juga harus) ada perjuangan. Itu usahanya kalau merasa tidak bersalah. Maka, harus berjuang," kata Sinta di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin (4/3/2013). Soal hasil dari perjuangan Anas, ujar dia, ada di tangan Tuhan. 

Sinta kembali menyatakan kunjungannya ke rumah Anas, Minggu (3/3/2013), hanya silaturahim. Menurut dia, demikian pula kunjungan banyak orang ke rumah Anas akhir-akhir ini. "Tidak bernuansa politis," ujar dia.

Sebagai manusia, kata Sinta, Anas memang harus menjalani apa yang menjadi takdirnya. "Tetap menjalani apa itu yang harus diupayakan, tetapi kepastian baik dan buruk itu di tangan Tuhan," kata dia.

Sebelumnya, Minggu (4/3/2013), Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya kembali angkat bicara soal Anas. Komentar SBY terkait penetapan tersangka Anas Urbaningrum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi hingga polemik pasca-mundurnya Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

SBY kembali meminta Anas fokus pada perkara hukum yang menjeratnya. Dia juga mengaku mengikuti dinamika politik pasca-penetapan tersangka Anas. SBY menilai permasalahan hukum Anas sudah masuk ke ranah politik. Menurut SBY, sudah terjadi campur aduk antara hukum dan politik.

Dengan fokus pada proses hukum, kata SBY, Anas dan tim pengacara bisa melakukan pembelaan. SBY mengaku senang jika Anas nantinya ternyata tidak terbukti terlibat dugaan korupsi proyek Hambalang. "Karena sejumlah kasus yang melibatkan kader Partai Demokrat bagaimanapun membawa kerugian menurunkan citra dan nama baik Partai Demokrat. Tentu ada kepentingan Partai Demokrat, mudah-mudahan Pak Anas bebas dari dakwaan kemudian dinyatakan tidak bersalah, dan itu membawa kebaikan," kata dia.

Anas ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan gratifikasi proyek Hambalang pada Jumat (22/2/2013). Keesokan harinya, Sabtu (23/2/2013), ia menyatakan berhenti menjadi Ketua Umum Demokrat. Sejak saat itu, SBY belum berkomentar soal Anas sampai Minggu (4/3/2013).

Sementara itu, Anas terus menerima wawancara khusus media massa. Dalam wawancara, Anas menyampaikan banyak hal terkait situasi internal Partai Demokrat sampai persoalan hukum yang menjeratnya. Anas juga menyinggung ada pertemuan antara mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dan politisi senior partai itu, Amir Syamsuddin, terkait proyek Hambalang.

Berita terkait: Krisis Demokrat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com