Akibat penyerangan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang tengah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, memerintahkan TNI dan Kepolisian Negara RI (Polri) mengejar dan menegakkan hukum bagi pelaku penembakan.
”Presiden memberikan arahan agar dilakukan pengejaran dan penegakan hukum bagi pelaku penyerangan. Presiden, Jumat (22/2), akan memimpin sidang kabinet darurat untuk mengambil langkah-langkah terkait kejadian ini,” kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.
Ditemui di Markas Komando Daerah Militer (Kodam) XVII Cenderawasih, Kepala Penerangan Kodam Letkol Jansen Simanjuntak, kemarin, mengatakan, penyerangan pertama terjadi pukul 09.30 di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya. Serangan terhadap Pos Batalyon Infanteri 753 Argaviratama, Nabire, itu menyebabkan Pratu Wahyu Prabowo tewas. Ia tewas setelah sebutir peluru yang ditembakkan dari perbukitan di selatan pos menembus dadanya.
Komandan pos, Lettu Reza, juga terkena tembakan pada tangan kirinya. Kontak senjata cukup sengit terjadi di sekitar pos yang berada di timur kota Mulia. Pasukan TNI dari pos Gurage, Kalome, serta Pos Brigade Mobil (Brimob) Tingginambut, yang berada tak jauh dari pos, juga membantu.
Saat sebagian anggota pasukan mencoba mempertahankan pos, sebagian lainnya membantu evakuasi korban. Dalam serangan itu, dua warga yang berada di sekitar lokasi diberitakan juga tewas. Identitas keduanya belum diketahui.
Adapun serangan lainnya
Tim yang beranggotakan sembilan prajurit gabungan dari Batalyon Infanteri 753 Argaviratama dan Koramil Sinak itu sebelumnya hendak mengambil alat komunikasi yang baru dikirim dari Nabire. Jarak antara koramil dan landasan udara Sinak sekitar 2 kilometer dengan jalan berliku dan menanjak.
”Saat di sebuah tanjakan, mereka tiba-tiba dihadang. Saat penghadangan itu, tujuh orang tewas di tempat, dua berhasil menyelamatkan diri. Satu orang melapor ke koramil dan satu lagi masih dicari,” ucapnya.