Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Menjadi Afganistan Kedua

Kompas.com - 14/02/2013, 02:55 WIB

Ottawa, Rabu - Menteri Luar Negeri Kanada John Baird, Selasa (12/2), mengingatkan, Mali bisa menjadi ”Afganistan kedua”. Agar tak terjadi, Kanada tak mengirim pasukan ke Mali, tetapi mempertimbangkan dukungan keuangan dan pelatihan militer.

Baird menyampaikan pernyataannya itu di depan komisi parlemen di Ottawa. Mencermati situasi terbaru di Mali, yakni munculnya gaya gerilya milisi dalam melawan misi Perancis, Baird memperingatkan peluang terciptanya situasi seperti di Afganistan. ”Kami tidak mau, serta- merta, masuk ke Afganistan yang lain di wilayah ini,” katanya.

Kanada tidak ingin memperkeruh situasi yang ada dengan mengirim militer untuk mendukung misi di Mali. Ottawa hanya sedang mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan dan pelatihan bagi militer Bamako yang saat ini tengah bertempur melawan milisi-milisi binaan Al Qaeda di Mali utara.

Mali, yang pernah menjadi oase demokrasi dan stabilitas di kawasan Afrika Barat, mulai jatuh dalam kekacauan sejak kudeta militer pada 22 Maret 2012. Pejuang suku Tuareg, yang didukung jaringan milisi binaan Al Qaeda di Afrika Barat, merebut Mali utara dari kontrol Bamako.

Sepuluh bulan kemudian, tepatnya 11 Januari 2013, Perancis melakukan intervensi militer ke Mali. Presiden Perancis Francois Hollande ketika itu menjelaskan tiga alasan melakukan intervensi, yakni menegakkan kedaulatan Mali, memberantas terorisme, dan melindungi warga.

Kanada bulan lalu sebenarnya ikut mendukung misi Perancis di Mali itu dengan mengirim pesawat kargo C-17 milik Angkatan Bersenjata Kanada. Sekitar 1 juta pon peralatan militer Perancis diangkut ke sana. Keberadaan pesawat itu diperpanjang hingga 15 Februari.

Baird mengatakan, Ottawa saat ini bersiap untuk lebih ”membantu mengatasi krisis kemanusiaan dan kami mendukung peta jalan bagi pemilu yang demokratis pada akhir tahun ini.” Dia juga menyatakan keprihatinan jika militer Kanada terlibat dalam apa yang dia lukiskan sebagai ”sudah sampai tahap melawan pemberontak”.

”(Di Mali) di satu sisi ada pemerintah militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun lalu, tetapi di sisi lain juga ada afiliasi Al Qaeda. Saya kira mereka tak akan mau menyetujui sebuah misi penjaga perdamaian,” katanya.

Semangat Kanada untuk melakukan intervensi militer merosot setelah 10 tahun keterlibatan militernya di Afganistan. Hingga akhir misi Kanada di Afganistan tahun 2011, 158 tentaranya tewas. Kanada juga tak mau terlibat dalam invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Katastrofis

Sementara itu Ketua Badan HAM PBB Navi Pillay memperingatkan, Mali bersiko terjerumus dalam kekerasan ”katastrofis”. Peringatan itu muncul setelah adanya ancaman pembalasan dari kelompok milisi separatis terhadap misi Perancis di Mali.

Setelah bom bunuh diri dan pertempuran gerilya di Gao—kota terbesar di Mali utara—selama empat hari, muncul ancaman baru dari Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang ingin balas dendam terhadap Perancis.

Para pejabat AS sebelumnya mensinyalir bahwa AQAP adalah sayap Al Qaeda yang paling berbahaya saat ini. AQAP telah menyerukan perang melawan pasukan asing di Mali. Ancaman tersebut mengisyaratkan akan adanya serangan-serangan susulan.

”Karena situasi berkembang, serangan dan risiko pembalasan menggiring Mali ke sebuah spiral kekerasan katastrofis,” kata Pillay kepada Dewan Keamanan PBB, Selasa. ”Perlindungan terhadap hak asasi manusia adalah kunci menstabilkan situasi,” katanya.

Para aktivis HAM telah menuding militer Mali membunuh para simpatisan pemberontak atau milisi. Korban kekerasan tersebut kemudian dibuang ke dalam sumur.

Di Timbuktu, pekan lalu, sebuah kuburan besar berisi jasad orang etnis Arab ditemukan. Banyak juga warga Arab dan Tuareg telah mengungsi ke utara karena takut pembalasan. Sebanyak 377.000 orang mengungsi, termasuk 150.000 orang yang mencari suaka di perbatasan Mali.(AFP/REUTERS/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com