Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perayaan Imlek, Dulu dan Sekarang

Kompas.com - 13/02/2013, 05:10 WIB

Oleh: Ariyani Na 
Kompasiana: Ariyani_12

Sejak Abdurrahman Wahid menjabat sebagai presiden, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan semarak oleh warga Tionghoa di seluruh penjuru Nusantara.

Suasana ini berbeda dengan zaman Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Perayaan Imlek tidak pernah semeriah sekarang. Tidak ada barongsai keliling, lampion, ataupun hiasan Imlek yang terpasang di rumah-rumah. Sekolah juga tidak diliburkan.

Pada tahun 1980-an, beberapa sekolah memberikan izin pulang lebih awal bagi murid yang merayakan Imlek karena harus pergi sembahyang di wihara ataupun di rumah.

Yang tidak berubah dari perayaan Imlek dulu dan sekarang adalah tradisi memberi dan menerima angpau (amplop merah berisi uang), kue keranjang, memakai baju baru, dan saling mengunjungi sanak saudara.

Imlek sangat identik dengan warna merah yang dianggap warna sukacita atau kebahagiaan. Oleh karena itu, tradisi berbagi angpau pada perayaaan Imlek menjadi simbol berbagi berkat dan sukacita kepada orang lain.

Pemberian angpau bukan hanya dilakukan kepada anak atau yang belum menikah, melainkan juga kepada orang tua atau yang dituakan. Saat orang tua memberikan angpau kepada anaknya, angpau itu dimaksudkan sebagai bekal kesuksesan sang anak saat memasuki tahun baru.

Selain angpau, kue keranjang, bunga Mei Hwa, dan lampion, Imlek juga identik dengan jeruk. Kulit jeruk yang mendekati warna emas menjadi lambang keberuntungan. Berbagi jeruk menjelang Imlek menjadi lambang berbagi keberuntungan di tahun yang baru.

Hari Raya Imlek biasanya dirayakan hingga tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek. Selama rentang waktu tersebut, kegiatan kunjungan ke sanak saudara dilakukan. Khusus di hari pertama biasanya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga besar. Yang dituakan akan diam di rumah menunggu saudaranya yang lebih muda datang berkunjung. [http://kom.ps/ADl5ba]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com