Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas Urbaningrum: "Ojo Dumeh"

Kompas.com - 12/02/2013, 23:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menulis "ojo dumeh" di status atau message Blackberry Massenger miliknya sepanjang hari ini, Selasa (12/2/2013).

Sebelumnya, status Anas di BBM sempat membuat heboh karena bertuliskan "Politik Para Sengkuni", yang diterjemahkan banyak pihak sebagai sindiran atas peta politik di internal Partai Demokrat saat ini.

Lalu apakah status terbaru Anas soal "ojo dumeh" ini terkait dengan posisinya saat ini dimana sejumlah kewenangannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat diambil alih oleh Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?

Terkait dengan pesan "ojo dumeh" ini, pakar Pendidikan, Prof Mudjia Rahardjo, dalam situsnya sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Selasa, menjelaskan makna dari "ojo dumeh". Bagi masyarakat Jawa "ojo dumeh" memiliki nilai-nilai luhur yang sampai hari ini masih dipegang. Yang artinya sikap untuk tidak mentang-mentang.

Prof Mudjia menulis sebagai sebuah nilai, ojo dumeh memiliki makna sangat dalam dan masuk dalam ranah yang luas, bisa mengenai kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan status sosial.

Ini merupakan ajaran Jawa ketika orang harus sadar bahwa kehidupan itu berputar. Suatu saat di atas dan saat lain di bawah. Ketika di atas, misalnya, ketika berkuasa dan memiliki akses banyak, jangan mentang-mentang dan berperilaku semena-mena terhadap orang lain atau bawahannya.

Selanjutnya, Prof Mudjia menulis kekuasaan bisa dijadikan momen untuk beramal saleh dengan menjadi tempat bertanya, tempat menyelesaikan persoalan, dan tempat berlindung banyak orang sehingga orang merasa nyaman karena kehadirannya.

Ketika menjadi orang kaya, juga jangan sombong terhadap orang lain, yang mungkin di bawahnya. Kekayaan yang dimiliki bisa bermakna bagi orang lain. Misalnya, bisa membantu orang lain yang memerlukan dan sedang kesulitan.

Ketika memiliki ilmu yang banyak pun tidak congkak dan keminter. Kelebihan ilmu yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk ikut memintarkan orang lain. Kita bisa menggunakan filsafat padi "semakin berisi semakin merunduk".

Mungkin ini sulit sebab naluri manusia selalu ingin lebih dari yang lain dalam banyak hal. Maka dari itu, perlu agama yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan meredam nafsu manusia untuk tidak serakah, sombong, menyepelekan orang lain, dan seterusnya.

Jika ditelaah mendalam, lanjut Prof Mudjia, sebagai sebuah nilai, maka ojo dumeh bisa menyelamatkan manusia di mana pun berada. Tatkala di atas dia bisa menghargai orang lain sehingga, jika suatu saat di bawah, maka masih banyak orang menghargainya. Karena orang akan teringat jasa baiknya, maka dia masih tetap dihormati karena berjasa.

Sebaliknya, jika saat berkuasa atau punya kedudukan tinggi berlaku semena-mena terhadap orang lain, maka tatkala tidak lagi berkuasa, orang akan enggan menghormatinya.

Karena kedalaman nilai yang dikandung, ojo dumeh menarik untuk dikaji secara akademik. Dikatakan, tak ketinggalan, seorang antropolog bernama Nico Schulte Nordholt pernah melakukan penelitian tentang nilai Jawa ini, yang disponsori oleh Pemerintah Belanda, dan membukukannya dengan judul Ojo Dumeh, terbit pada 1987 oleh Penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Buku itu menjadi salah satu buku terlaris di bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian dilakukan selama dua tahun (1977-1979) dengan mengambil lokasi di tiga kecamatan di Jawa Tengah dengan mewawancarai 200 keluarga di tiap kecamatan. Subyek penelitiannya adalah para lurah, camat, dan pegawai-pegawai pemerintah yang terlibat dalam kegiatan pembangunan desa dengan titik berat pada hubungan para camat dan lurah.

Nordholt menemukan bahwa sikap ojo dumeh menjadi pegangan hubungan antara camat dan lurah yang terlibat langsung dalam pembangunan. Keharmonisan hubungan antara camat dan lurah berjalan efektif karena dijaga melalui nilai ojo dumeh. Ojo dumeh menjadi camat, ojo dumeh menjadi lurah.

Lebih lanjut ditemukan bahwa orang Jawa memegang tata krama dalam bertindak, yakni sikap atau perilaku tepat atau etiket. Yang dimaksud adalah keseluruhan peraturan hidup yang diterima secara umum di antara berbagai lapisan sosial, yang masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban satu sama lain dan terhadap lingkungannya.

Kewajiban-kewajiban itu harus dilaksanakan, jika seseorang tidak mau kehilangan kehormatan dan bantuan. Tata artinya aturan hidup masyarakat desa, dan krama artinya aturan hidup priayi di lingkungan keraton. Siapa pun harus patuh pada tata dan krama yang selama bertahun-tahun dan turun-temurun disepakati oleh seluruh warga. Tata dan krama tidak saja dalam berperilaku dan berhubungan dengan sesama warga, tetapi juga tata aturan membangun rumah.

Bentuknya seperti apa, ukurannya berapa (disesuaikan dengan kedudukan sosialnya), siapa yang mengerjakannya, menghadap ke mana, bahan bangunan diperoleh dari mana, dan kapan membangunnya dan lain sebagainya harus sesuai dengan tata krama yang ada.

Jika seseorang melanggar aturan itu—misalnya, rumahnya bergaya modern, yang mengerjakan bukan warga desa itu, bahan bangunan diperoleh dari luar daerah, menghadapnya berbeda dengan rumah-rumah yang lain—maka dia tidak akan memperoleh penghormatan warga sebagaimana mestinya. Orang hanya akan menghormatinya secara lahiriah saja.

Bagi warga, orang yang telah melanggar tata aturan tersebut disebut sebagai "orang kaya baru". Orang akan berkata "ojo semugih" atau "dumeh sugih". Kendati dia asli warga di tempat itu, orang demikian, dalam sosiologi, disebut sebagai "a stranger in the crowd", orang asing di tengah keramaian.

Coba bayangkan betapa susahnya jika kita terasing dari lingkungan di tempat kita tinggal. Di tengah keramaian yang mestinya kita menikmati suasana ramai, kita justru merasa kesepian karena tidak ada orang yang menyapa.

Oleh karena itu, agar kita tidak menjadi orang asing di tengah keramaian, kita pegang sikap ojo dumeh dalam semua hal. Insya Allah selamat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Nasional
Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Nasional
Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Nasional
Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Nasional
TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Nasional
Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com