Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sampek Engtay", dari Teater Koma sampai Basiyo

Kompas.com - 09/02/2013, 09:04 WIB

Disebut oleh Jakob, bacaan paling tua dalam bahasa Melayu Rendah di Indonesia tentang Sampek Engtay muncul pada tahun 1885, yaitu dalam Tjerita Dahoeloe Kala di Negeri Tjina Terpoengoet dari Boekoe Mendjadikan Tjina San Pik Ing Taij.

Teater Koma
Meski telah menjadi seperti legenda rakyat, nasib Sampek Engtay pernah terlunta-lunta di pentas teater. Kelompok Teater Koma pernah dilarang mementaskan Sampek Engtay pada Mei 1989 di Medan, Sumatera Utara.

Alasan Gubernur Sumatera Utara saat itu adalah Sampek Engtay dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional. Gubernur menyebut Sampek Engtay tidak sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1976 tentang pelaksanaan kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat China.

Padahal, sebelumnya di Jakarta, pada Oktober 1988, Sampek Engtay telah digelar tanpa larangan.

Zaman telah berganti. Teater Koma belakangan telah belasan kali mementaskan Sampek Engtay. Tahun ini merupakan tahun ke-25 N Riantiarno dan kawan-kawan mementaskan Sampek Engtay.

”Ada banyak hal yang membikin kami menemukan hal-hal yang tetap saja baru meski sudah 25 tahun kami pentaskan,” kata N Riantiarno, pendiri, aktor, dan sutradara Teater Koma.

Cerita rakyat, bagi Riantiarno, selalu memiliki kemampuan untuk diterjemahkan asal dalam kondisi yang cocok dan pas.

”Bukan hanya dari China lakon ini berasal, melainkan cara kami menjalin kisahnya sehingga menjadi lakon manusia. Lakon bersumber dari Banten dan Sampek Engtay bersekolah di Betawi. Eng Tay kawin dengan Macun, tetapi mampir di kuburan Sam Pek. Lalu Sam Pek dan Eng Tay menjadi kupu-kupu di Pandeglang,” katanya.

Sampek Engtay disebut Riantiarno sebagai kisah percintaan di mana pun. Kisah kegagalan yang kemudian menyatukan. ”Saya ingin kisah ini membikin kita menghargai kehidupan. Dari mana pun lakon ini berasal,” katanya. (Putu Fajar Arcana/Frans Sartono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com