Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Besar Hary Tanoe Memikat Banyak Parpol

Kompas.com - 23/01/2013, 10:06 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bos MNC Grup, Hary Tanoesoedibjo, menjadi rebutan partai-partai politik setelah hengkang dari Partai Nasdem. Banyaknya parpol yang mulai mendekati Hary Tanoe ini tak lepas dari faktor modal besar yang dimiliki pengusaha media tersebut.

"Hary Tanoe menjadi rebutan partai-partai mengingat kekuatan finansial yang dia miliki dan kuatnya jaringan atau pengaruh media miliknya," ujar pengamat politik dari Pol-Track Institute, Hanta Yudha AR, Rabu (23/1/2013), di Jakarta.

Sistem pemilihan yang berbiaya tinggi yang terjadi saat ini, lanjutnya, memaksa partai politik harus menyiapkan dana politik yang cukup besar pada pemilu mendatang. Hal ini pula yang menjadi motif Partai Nasdem merekrut Hary Tanoe dulu. "Sebagai patron pendiri partai, Surya Paloh tidak cukup kuat membiayai partai sehingga membutuhkan mitra baru yang memiliki kekuatan finansial dan jaringan media yang sangat kuat, yaitu Hary Tanoe," ucap Hanta.

Dengan kelebihan yang dimiliki Hary Tanoe itu, wajar bila banyak partai politik yang mulai mendekatinya. Sebut saja Partai Golkar yang mengaku sudah menjalin komunikasi baik dengan Hary Tanoe.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Nurul Arifin mengaku Ketua Umum partainya Aburizal "Ical" Bakrie sudah berkomunikasi dengan Hary Tanoe. "(Hary Tanoe) sudah BBM-an dengan Pak Ketum," ucap Nurul.

Hal yang sama juga diutarakan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Martin Hutabarat. "Kalau Hary Tanoe berminat untuk ikut ke Gerindra, kita pertimbangkan," ucapnya.

Tidak hanya partai-partai berhaluan nasionalis, partai benapaskan Islam bahkan juga mulai ikut-ikutan menyatakan diri siap menampung Hary Tanoe, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB yang tengah terseok dalam berbagai survei ini bahkan sudah mengajak Hary Tanoe bergabung melalui pernyataan terbuka yang dibuat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

"Kalau Hary Tanoe mau keluar dari Nasdem, masuk PKB saja," ujar Muhaimin di Jakarta, Senin (21/1/2013).

Menurut Muhaimin, tawaran itu bukanlah candaan semata, melainkan pernyataan serius. Bahkan, Muhaimin mengatakan Hary Tanoe akan ditawari posisi dewan pakar di partai besutan Gus Dur itu. "Ini serius. Kami siap untuk menampung. Nanti kami jadikan dewan pakar partai," tandas Muhaimin.

Hary Tanoe cawapres?

Hanta mengatakan, Hary Tanoe bisa mengangkat elektabilitas partai politik mana pun lantaran Hary berasal dari kalangan Tionghoa. Hal ini menambah daya pikat Hary. Ia melihat ada dua parpol yang kemungkinan akan terbantu elektabilitasnya jika Hary Tanoe masuk, yakni Partai Gerindra dan Partai Hanura.

"Kalau masuk Gerindra, akan ada deal Prabowo-Hary Tanoe di 2014, tampaknya Harya Tanoe pasti mau, atau ke Hanura dia berpotensi membawa tiket capres/cawapres Hanura mengingat elektabilitas figur Wiranto tidak terlalu kuat lagi," kata Hanta.

Meski menjadi rebutan banyak pihak, Hanta menilai perlunya tokoh karismatik di dalam parpol untuk meredam faksi yang kemungkinan akan timbul jika Hary Tanoe bergabung. Ancaman konflik internal ini pun sudah terjadi di Partai Nasdem.

"Hary Tanoe pasti memiliki agenda untuk memperkuat pengaruh politiknya di pusaran struktur kekuasaan partai. Terbukti Nasdem ternyata tidak memiliki pemimpin karismatik yang memiliki pengaruh kuat sekaligus canggih dalam mengelola faksionalisme dan hal itu tidak ada pada Surya Paloh sebagai figur sentral di Nasdem," ucap Hanta.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Partai Nasdem Pecah
Geliat Politik Jelang 2014

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com