Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Tangani Teroris

Kompas.com - 16/01/2013, 13:47 WIB

Tak bisa dimungkiri, aksi terorisme merupakan tindakan sadis yang melanggar kemanusiaan dan ajaran mulia keagamaan. Prinsip ini yang secara fundamental wajib menjadi pegangan dalam menindaklanjuti upaya melawan teroris. Jangan sampai kemudian tindakan yang sudah dirancang bangun demikian rupa jadi terkesan ”lembek”.

Di tataran perilaku

Apa dan siapa teroris itu? Teroris bukan penyandang sakit jiwa (psikopat), penderita gangguan jiwa (neurotik), atau orang- orang yang sadis. Pengamat Barat sebelumnya menghujami tuduhan, teroris itu akibat ketersumbatan libido seksual mereka lantaran banyaknya larangan perilaku seksual dalam ajaran Islam.

Meminjam hasil penelitian Sarlito Wirawan Sarwono (2012), para teroris adalah orang-orang biasa. Beberapa di antaranya bahkan tergolong cerdas. Kebetulan mereka punya ideologi berbeda dengan kita. Ideologi ini sangat diyakini seolah-olah ideologi mereka paling benar dan yang lain salah.

Para teroris adalah orang-orang normal yang beranak-istri, setia kawan, patuh pada orangtua, dan bekerja mencari nafkah sebelum buron.

Ideologi mereka tak ubahnya ideologi-ideologi radikal lainnya yang berada di luar basis keagamaan. Sebutlah ideologi kaum kiri yang bersumber pada Marxisme seperti pemberontak komunis di Kolombia dan Filipina. Juga seperti sekte-sekte radikal Aum Shinrikyo di Jepang dan Yoel Lerner dari Yahudi radikal di Israel. Mereka sangat militan dalam doktrin dan kalap dalam melakukan aksi kekerasan.

Akhirnya, kita perlu menimang-nimang pemahaman yang lebih baik atas gejala terorisme sehingga mampu menindaknya lebih cepat dan tepat. Pendekatan komprehensif banyak diakui berbagai pihak belum terlaksana dalam penanganan terorisme di negeri ini.

Apa yang selama ini dilakukan, seperti program deradikalisasi, perlu lebih ditingkatkan menjadi program disengagement. Maksudnya, kita tak lagi hanya berkutat di tataran ideologi, tetapi juga di tataran perilaku.

Seiring itu, perlu keterlibatan masyarakat dalam memberi informasi, mewaspadai, dan menyikapi bekas narapidana teroris sehingga langkah-langkah pembinaan, preventif, dan penegakan hukum menjadi lebih sinergis.

Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com