Tak bisa dimungkiri, aksi terorisme merupakan tindakan sadis yang melanggar kemanusiaan dan ajaran mulia keagamaan. Prinsip ini yang secara fundamental wajib menjadi pegangan dalam menindaklanjuti upaya melawan teroris. Jangan sampai kemudian tindakan yang sudah dirancang bangun demikian rupa jadi terkesan ”lembek”.
Di tataran perilaku
Apa dan siapa teroris itu? Teroris bukan penyandang sakit jiwa (psikopat), penderita gangguan jiwa (neurotik), atau orang- orang yang sadis. Pengamat Barat sebelumnya menghujami tuduhan, teroris itu akibat ketersumbatan libido seksual mereka lantaran banyaknya larangan perilaku seksual dalam ajaran Islam.
Meminjam hasil penelitian Sarlito Wirawan Sarwono (2012), para teroris adalah orang-orang biasa. Beberapa di antaranya bahkan tergolong cerdas. Kebetulan mereka punya ideologi berbeda dengan kita. Ideologi ini sangat diyakini seolah-olah ideologi mereka paling benar dan yang lain salah.
Para teroris adalah orang-orang normal yang beranak-istri, setia kawan, patuh pada orangtua, dan bekerja mencari nafkah sebelum buron.
Ideologi mereka tak ubahnya ideologi-ideologi radikal lainnya yang berada di luar basis keagamaan. Sebutlah ideologi kaum kiri yang bersumber pada Marxisme seperti pemberontak komunis di Kolombia dan Filipina. Juga seperti sekte-sekte radikal Aum Shinrikyo di Jepang dan Yoel Lerner dari Yahudi radikal di Israel. Mereka sangat militan dalam doktrin dan kalap dalam melakukan aksi kekerasan.
Akhirnya, kita perlu menimang-nimang pemahaman yang lebih baik atas gejala terorisme sehingga mampu menindaknya lebih cepat dan tepat. Pendekatan komprehensif banyak diakui berbagai pihak belum terlaksana dalam penanganan terorisme di negeri ini.
Apa yang selama ini dilakukan, seperti program deradikalisasi, perlu lebih ditingkatkan menjadi program disengagement. Maksudnya, kita tak lagi hanya berkutat di tataran ideologi, tetapi juga di tataran perilaku.
Seiring itu, perlu keterlibatan masyarakat dalam memberi informasi, mewaspadai, dan menyikapi bekas narapidana teroris sehingga langkah-langkah pembinaan, preventif, dan penegakan hukum menjadi lebih sinergis.
Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.