Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fokus di Cabang Potensial

Kompas.com - 12/01/2013, 02:04 WIB

Jakarta, Kompas - Tugas berat menghadang Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Mulai dari penyelesaian konflik persepakbolaan nasional, prioritas perhatian terhadap cabang-cabang potensial, hingga pembenahan internal di Kemenpora.

Anggota Komisi X DPR, Dedi Gumelar, menyatakan, tugas utama Menpora baru adalah menuntaskan masalah pembangunan sekolah olahraga Hambalang, serta membuat prioritas pengembangan olahraga. Kemenpora, lanjut Dedi, harus fokus pada peningkatan prestasi, dan sebaiknya dimulai dari cabang-cabang olimpiade.

”Selama ini Kemenpora sudah mau fokus pada pengembangan cabang-cabang olimpiade, ya segera diprioritaskan dan diwujudkan,” ujar Dedi.

Sonny Kasiran, Sekretaris Umum PB PABBSI, mengatakan, dalam Olimpiade London 2012, angkat besi menjadi cabang yang mengangkat nama Indonesia dengan pencapaian satu medali perak dan satu perunggu.

”Menpora harus mewujudkan prioritas itu. Apalagi kalau mau meningkatkan prestasi di Rio de Janeiro 2016,” katanya. PB PABBSI berharap, Roy bisa menganalisis, mengevaluasi, dan membuat prioritas dengan data.

Atasi PSSI, 50 persen kelar

Urusan yang juga urgen adalah membenahi PSSI. Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Anggito Abimanyu berpendapat, ketika karut-marut PSSI diselesaikan, itu sudah menyelesaikan 50 persen masalah di organisasi keolahragaan.

”Ukuran keberhasilan Menpora itu sepak bola karena induk organisasi lain tidak separah sepak bola dalam mengurus olahraga. Basket dan voli, misalnya, sudah bisa berjalan sendiri. Mengurus (tim nasional) SEA Games, misalnya, itu gampang, dan bisa diserahkan ke KONI dan KOI,” kata Anggito, Jumat.

Yang tak kalah penting, tambah Anggito yang juga teman sealmamater Roy di Universitas Gadjah Mada, adalah membenahi urusan internal kementerian yang kacau-balau selama dipimpin Andi Mallarangeng. Anggito mengenal Roy cukup lama dan menilai Roy sebagai orang yang mau belajar dan mendengar.

”Yang pertama, benahi dulu urusan internal, jangan ulangi kesalahan Pak Andi. Urusan internal menyangkut keuangan ini rumit. Soal proses anggaran, alokasi proyek, dan lain-lain ini, Pak Roy belum berpengalaman sehingga harus menempatkan orang keuangan di eselon satu. Urusan internal ini sering bikin makan hati,” kata Anggito.

Anggota staf pengajar Politik dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia Adrinof A Chaniago berpendapat, masa kerja Roy sebagai menteri hanya 1 tahun 6 bulan. Sementara beban tugas sebagai Menpora tergolong banyak. Untuk itu diperlukan kerja yang tangkas, kemampuan manajemen, resolusi konflik, dan penguasaan atas masalah olahraga.

”Dari rekam jejaknya, Roy Suryo belum memenuhi harapan untuk menuntaskan masalah- masalah itu. Namun, karena Presiden sudah menggunakan hak prerogatifnya dengan menunjuk Roy, menteri baru harus membuktikan mampu fokus mengatasi masalah-masalah itu,” kata Adrinof.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menambahkan, Roy dipilih supaya tidak muncul kegaduhan politik. ”Dipilih kader Partai Demokrat karena mantan Menpora Andi Mallarangeng juga dari partai Demokrat, jadi supaya tidak menimbulkan kegaduhan. Roy dipilih karena dia less controversial dibanding Ruhut Sitompul atau Ramadhan Pohan,” ujar Indria.(IVV/HLN/ELD/IAM/ATO/LOK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com