Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Tambah Personel dan Peralatan di Poso

Kompas.com - 28/12/2012, 03:21 WIB

Poso, Kompas - Terkait dengan operasi pengamanan dan pencarian pelaku serangkaian aksi kekerasan di Poso, Sulawesi Tengah, Kepolisian Negara RI akan menggelar operasi khusus. Selain menambah pasukan dan peralatan, Polri juga akan membentuk tim khusus dan terpadu.

”Dalam operasi ini, pasukan yang sudah ada tak dipulangkan, tetapi akan ada penambahan, termasuk fasilitas dan peralatan,” kata Kepala Kepolisian Resor Poso Ajun Komisaris Besar Eko Santoso di Poso, Kamis (27/12).

Saat ini, pasukan yang ada di Poso terdiri dari personel Polres Poso sebanyak 860, Brimob Polda Sulawesi Tengah 100 personel, Brimob Kelapa Dua 122 personel, serta Sabhara Polda Sulawesi Tengah 60 personel yang dilengkapi 4 anjing pelacak.

Menurut rencana, sebanyak 200 personel dari Resimen Brimob Kelapa Dua akan ditambahkan untuk melengkapi pasukan dalam operasi khusus ini. Jumlah ini belum termasuk personel TNI yang juga membantu operasi.

Terkait operasi khusus, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Sutarman akan mengunjungi Poso pada Jumat ini.

Sementara itu, 14 warga Desa Kalora, yang ditangkap setelah peristiwa penembakan yang menewaskan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah, dilepas karena tidak terbukti terkait dengan kelompok bersenjata. Sebanyak 9 orang dilepas pada Rabu, sementara 5 orang dilepas hari Kamis.

Kepada wartawan, warga yang dilepas ini mengaku dianiaya selama menjalani pemeriksaan. Sebagian di antaranya langsung berobat ke Rumah Sehat di Kayamanya. Ada yang mengalami luka di kepala, memar sekujur tubuh, dan mata lebam.

Pengamat gerakan radikalisme dari Universitas Malikus Shaleh Aceh, Al Chaedar, di Jakarta, Kamis, mengatakan, penanganan terorisme di Poso perlu menerapkan strategi yang tepat demi menghindari jatuhnya korban dari kepolisian dan masyarakat umum. Masyarakat di wilayah yang rawan hendaknya membantu pemerintah dengan menjauhkan diri dari para terduga teroris yang berusaha membaur di perkampungan penduduk.

Al Chaedar menduga, kelompok yang menyerang polisi di Poso merupakan sempalan kelompok Hizbah di Solo yang kemudian membentuk gerakan Komando Mujahidin Indonesia Timur di bawah pimpinan Santoso. Mereka membenci polisi karena telah menangkap dan membunuh beberapa rekan mereka.

Gabungan petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Solo dan Kepolisian Resor Kota Surakarta mendatangi toko-toko kimia, indekos, dan toko penjual suku cadang telepon seluler sebagai langkah preventif menghadapi ancaman terorisme.(REN/EKI/IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com