Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KY Pernah Loloskan Calon Hakim Agung Tak Sesuai Kuota

Kompas.com - 03/12/2012, 16:26 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Yudisial didesak untuk tak sekedar meloloskan calon hakim agung ke Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan kuota, yakni 15 nama. Komisi Yudisial tetap harus menerapkan seleksi super ketat agar nama-nama yang dikirim ke Dewan Perwakilan Rakyat merupakan calon hakim agung yang sesuai kriteria dan kebutuhan Mahkamah Agung.

Menurut Juru Bicara KY Asep Rahmat Fajar, KY sebenarnya pernah meloloskan calon hakim agung untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di DPR, tak sesuai kuota (15 orang). Sesuai ketentuan perundangan, KY harus menyerahkan 15 nama untuk diuji kepatutan dan kelayakan di DPR. Selanjutnya DPR akan memilih empat nama untuk dijadikan hakim agung.

Saat ini KY tengah menyeleksi 19 nama calon hakim agung, sehingga jika mengikuti ketentuan perundangan, KY akan mengeliminir empat nama. "Pada dasarnya kelulusan yang kurang dari kuota itu pernah beberapa kali terjadi dan dalam beberapa kesempatan, DPR dapat memahaminya, walau pun pernah juga kemudian DPR mengembalikan ke KY," kata Asep.

Sebelumnya, Koalisi Pemantau Peradilan menyatakan, berdasarkan hasil pengamatan mereka selama seleksi wawancara terbuka terhadap 19 nama calon hakim agung di KY, ternyata lebih dari empat nama yang menurut koalisi tak pantas menjadi hakim agung. Koalisi

Pemantau Peradilan pun meminta KY agar tak memaksakan meloloskan 15 nama ke DPR untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan menjadi hakim agung. "Andai dalam rapat kelulusan besok, jumlah yang diperoleh kurang dari kuota, KY akan secepatnya membicarakan hal tersebut dengan DPR," kata Asep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com