Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencabutan Grasi bagi Ola Perlu Didukung

Kompas.com - 08/11/2012, 08:36 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari menyambut baik rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencabut grasi alias keringanan hukuman bagi Meirika Franola alias Ola. Soalnya, narapidana yang diringankan dari hukuman mati menjadi seumur hidup itu justru kembali terlibat pengedaran narkoba.

"Belum pernah ada pencabutan grasi oleh presiden, tetapi itu bukan harga mati. Jika ditemukan bukti yang menggugurkan pertimbangan pemberiannya, semestinya grasi itu bisa dikoreksi," kata Hajriyanto di Jakarta.

Sebagaimana diberitakan, Ola terlibat, bahkan diduga menjadi otak, dalam penyelundupan sabu 775 gram dari India. Padahal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum lama memberikan grasi dari hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup kepadanya.

Hajriyanto menilai pemberian grasi kepada Ola merupakan ironi karena melemahkan gerakan melawan narkoba. Kini, ditambah lagi ironi lain, ternyata penerima grasi itu justru diduga mengotaki penyelundupan narkoba. Dengan fakta ini, semestinya Presiden bisa mencabut grasi tersebut.

"Jika grasi itu tidak dicabut, justru berdampak lebih merusak. Itu mengganggu kewibawaan Presiden sekaligus melemahkan gerakawan memberantas narkoba," katanya.

Hajriyanto akan mengajak pimpinan MPR untuk memberikan semacam pertimbangan kepada Presiden agar mencabut grasi tersebut. Fakta ternyata Ola terlibat penyelundupan narkoba dari penjara juga membuktikan pemberian grasi itu tidak didasari penelitian yang cermat. "Ini menunjukkan, bisa jadi ada unsur rekayasa dalam pemberian grasi tersebut," katanya.

Untuk itu, perlu ditelusuri, bagaimana grasi itu diajukan, mulai dari pihak-pihak yang mengajukan, pemberi pertimbangan, dan siapa pun yang terlibat dalam proses itu. "Dikhawatirkan, ada upaya sengaja dan sistematis memberikan pertimbangan yang menyesatkan saat mengajukan grasi itu kepada Presiden. Ingat, jaringan narkoba di tingkat pengedar sudah mirip jaringan mafia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

    Nasional
    Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Nasional
    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Nasional
    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

    Nasional
    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Nasional
    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Nasional
    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Nasional
    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    Nasional
    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

    Nasional
    'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

    "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

    Nasional
    Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

    Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

    Nasional
    Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

    Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

    Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

    Nasional
    Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

    Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com